PERENCANAAN ANGKUTAN
UMUM MASSAL
BERBASIS BUS
DI KOTA MAKASSAR
Di
Susun Oleh
SAKTRIA
WIRAWAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
kota-kota di indonesia dewasa ini yang terus meningkat dan membawa persoalan
tersendiri dalam pelaksaanaan penataannya dalam jangka waktu yang panjang dan
sangat membutuhkan penanganan dan persiapan penanganannya untuk menimalisir
dampak-dampak negatif perkembangan kota yang sangat pesat saat ini.
Perkembangan kota ini sangat dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk baik
secara alamiah maupun karena faktor migrasi penduduk serta peningkatan
pergerakan ekonomi didalam suatu kota.
Perkembangan
kota-kota di indonesia yang sangat pesat dewasa ini merupakan salah satu efek
dari perkembangan perekonomian dan pertambahan
jumlah penduduk dalam satu perkotaan baik itu karena faktor alamiah
maupun karena adanya faktor urbanisasi. Berkembangnya sebuah kota dengan cepat
ditambah dengan pertambahan jumlah penduduk haruslah di topang atau didukung
oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi karena ketersediaan sarana
dan prasarana transportasi ini menjadi faktor yang sangat dibutuhkan bagi
setiap gerak masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
Transportasi
adalah salah satu sarana dan prasarana dasar kota yang takkala penting dan harus tersedia dalam
suatu perkotaan baik itu dalam segi ketersediaannya dan pelayanannya maupun
dari segi peningkatan kualitas pelayanannya, pentingnya transportasi ini karena
sistem transportasi ini berfungsi
sebagai pelayananan pergerakan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya serta sebagai sebuah rangsangan ataupun katalisator bagi perkembangan
kota itu sendiri, karena sistem transportasilah yang menghubungkan antar daerah
yang satu dengan daerah lainnya sehingga terjadilah interaksi ekonomi,sosial,budaya,politik
antar beberapa daerah dan berujung pada perkembangan suatu kota.
Transportasi perkotaan mempunyai tujuan yang luas, yaitu
membentuk suatu kota dimana kota akan hidup dan berkembang jika sistem
transportasi berjalan baik.
Selain
itu transportasi juga mempunyai tujuan untuk menyebarluaskan dan meningkatkan
kemudahan pelayanan, memperluas kesempatan perkembangan kota, serta
meningkatkan daya guna penggunaan sumber-sumber yang ada pada suatu perkotaan.
Permasalahan
dalam sistem transportasi yang hampir terjadi di seluruh kota-kota besar
indonesia. Ketidakseimbangan permintaan pergerakan yang semakin hari semakin
tinggi dengan tingkat pelayananan menjadi hal yang mendasari persoalan
transportasi perkotaan, peningkatan permintaan transportasi merupakan efek dari
perkembangan jumlah penduduk perkotaan haruslah mendapat perhatian dalam bentuk
penyediaan sistem transportasi yang baik dan terjangkau.
Peningkatan
permintaan transportasi yang tidak diakomodir dengan baik akan memberikan efek
negative bagi perkembangan kota itu sendiri, tingginya penggunaan kendaraan
pribadi atau peningkatan penggunaan kendaraan pribadi merupakan persoalan
transportasi yang paling nampak diperkotaan sehingga kepadatan volume laulintas
menjadi sangat tinggi di ruas-ruas jalan dan menyebabkan kesemrautan
lalulintas, kemacetan lalulintas, polusi udara, kebisingan. Hal ini pun
diperparah dengan tidak tersedianya sistem angkutan umum yang baik,nyaman dan
terjangkau.
Kota Makassar merupakan salah satu kota besar
di indonesia yang terus mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun,
perkembangan yang di picu makin meningkatnya jumlah penduduk dikota Makassar,
posisi Kota Makassar sebagai sentra perkembangan ekonomi di kawasan timur di
indonesia dan sebagai Kota pusat pendidikan untuk kawasan timur indonesia
menjadi faktor penarik bagi proses urbanisasi penduduk yang tentunya berefek
pada peningkatan jumlah penduduk dan tentunya berdampak pada perkembangan penigkatan
permintaan transportasi di kota makassar.
Seperti halnya dengan kota pada umumnya
dimana terdapat kesenjangan antara
tingginya permintaan akan transportasi dengan ketersediaan lahan sarana dan
prasarana transportasi, hal ini pun terjadi di kota Makassar yang tentunya
harus mendapat perhatian dan penanganan yang serius untuk mencegah dampak
negatif berupa kesemrautan transportasi kota, kemacetan lalulintas, polusi.
Dalam
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat cenderung menggunakan kendaraan pribadi
sebagai moda transportasi yang favorit untuk mengakomodir pergerakannya,
tingginya penggunaan kendaraan pribadi ini juga tidak dapat dilepaskan karena
tidak tersedianya sistem angkutan umum massal di kota Makasar, angkutan umum
yang beroprasi pada kota ini masih bertumpu pada penggunaan angkutan umum
penumpang non bus yang untuk saat ini tidak efesien dan sesuai lagi dengan perkembangan
kota Makassar, karena itu peningkatan pergerakan
transportasi yang cukup besar ini haruslah belum diakamodir dengan baik dengan
penyediaan sistem angkutan umum massal berbasis bus. Dengan melihat kondisi
seperti yang diurai ditas maka sangat diperlukan sebuah studi yang membahas
tentang perencanaan pengembangan sistem transportasi angkutan umum massal sebagai
salah satu solusi bagi persoalan transportasi di kota Makassar. Karena
peningkatan permintaan transportasi ini tentunya akan menjadi ancaman
tersendiri kedepannya bagi kota Makassar ketika hal ini tidak segera diatasi
dengan penyediaan sistem transportasi angkutan umum massal berbasis bus yang
baik,nyaman dan terjangkau bagi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka
yang menjadi rumusan masalaha pada pembahasan kali ini adalah : Bagaimana bentuk
perencanaan pengembangan sistem angkutan umum massal berbasis bus di kota
Makassar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perencanaan
Sistem Angkutan Umum Massal
Angkutan
umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan
dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar, dalam penggunaan angkutan umum,
biaya angkutan menjadi tanggungan bersama sehingga sistem angkutan umum menjadi
efesien karena biaya angkutan menjadi lebih murah, selain itu penggunaan jalan
pun relative lebih efesien dalam m²/penumpang,(warpani,1970).
Penggunaan
kendaraan pribadi yang terus meningkat menjadi hal yang hampir dialami oleh
seluruh kota di indonesia karena itu perencanaan pengembangan sistem angkutan
umum massal baik itu dalam bentuk penyediaan maupun dalam bentuk perbaikan
pelayanannya harus segera dilaksanakan agar kiranya mampu menjadi solusi untuk
menekan laju peningkatan penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan.
Permasalahan
transportasi perkotaan baik itu dari segi keterbatasan prasana trasnportasi,
kepadatan lalulintas, kemacetan dan tingkat polusi yang tinggi akan dapat
diminimalisir dengan penggunaan angktuan umum massal. Melihat peningkatan
permintaan transportasi yang cukup besar maka prioritas sudah harus diberikan
sistem angkutan umum massal tentunya dengan pelayanan yang baik, tarif yang
terjangkau serta mencakup semua daerah perkotaan sehingga menarik untuk
digunakan.
Pengembangan
angkutan umum massal memang memerlukan biaya investasi yang mahal karena itu
butuh keberanian bagi pemerintah untuk melakukan gebrakan berani dengan
memamfaatkan segenap potensi sumber daya daerah dalam mewujudkan sistem
angkutan umum massal, dampak fositif pengembangan sistem angkutan umum massal
ini memang tidak begitu terasa dalam waktu yang singkat namum dalam waktu yang
panjang hal ini dapat dirasakan karena dengan penyediaan sistem angkutan umum
massal ini dapat melancarkan pergerakan masyarakat dan tentunya berefek pada
perkembangan potensi perkotaan, mengingat tingginya bentuk investasi awal yang
mahal dan berbagai konsekuensi lainya maka pengembangan sistem angkutan umum
massal ini haruslah direncanakan dengan sebaik mungkin dan dilakukan secara
bertahap dengan menentukan skala prioritas yang akan dilayani. ruas-ruas jalan
utama atau protokol yang memiliki tingkat kepadatan arus yang tinggi dan
wilayah dengan tingkat kepadatan yang tinggi bisa menjadi prioritas utama dan
tentunya setelah melewati kajian tentang segenap potensi dan subsistem transportasi
serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi pergerakan dan permintaan
transportasi.
B. Evolusi Angkutan Umum
Perkotaan
Persentase
pengguna angkutan umum perkotaan di indonesia saat ini terus mengalami
penurunan persentase dengan rata-rata sebesar 1 % pertahun,(MTI,2005).
Kepemilikan kendaraan pribadi baik itu sepeda motor maupun mobil yang terus
meningkat karena kemudahan yang dinikmati penggunanya maupun karena persoalan
status sosial serta kemudahan untuk mendapatkan kendaraan dengan cara
mengkredit menjadi hal yang memberikan konstribusi yang besar dalam penurunan
penggunaan angkutan umum perkotaan, penurunan penggunaan angkutan umum ini juga
disebabkan oleh tingkat kenyamanan dan keamanan yang rendah, tarif yang masih
cukup mahal serta pelayanan yang tidak mencakup seluruh daerah perkotaan.
Pengembangan
angkutan umum massal adalah satu bentuk kebijakan yang dapat mendukung
tercapainya kota yang berkesinambungan baik itu dari segi ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Pengembangan sistem angkutan umum massal diyakini dapat memberikan
konstribusi terhadap rendahnya biaya transportasi penduduk yang harus
dikeluarkan dalam melakukan kegiatan kesehariaanya sebagai wujud dari usaha
pemenuhan kebutuhan hidup.
Dalam sejarah perkembangan kota, kota-kota di indonesia mengalami
kemajuan sistem angkutan umum meskipun saat ini penggunaanya menjadi menurun
dan baru mulai di bangkitan kembali. Secara umum kota dapat dibagi berdasarkan jenis
angkutannya berupa angkutan individu dan angkutan massal, memiliki ciri operasi
angkutan umum:
Ø
Kota Kecil: Angkutan umum
terdiri dari Angkutan Kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak
dan ojek.
Ø
Kota Menengah: Angkutan umum,
terdiri dari Bus Besar, Bus Sedang,
Angkutan
kota (Angkot) dan bus sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek
Ø
Kota Besar: Angkutan Massal,
terdiri dari Sistem Transit, Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan kota (Angkot) dan
Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek
Ø Kota Metropolitan: Angkutan Massal, terdiri dari Mass Rapid Transit
(MRT), Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan Kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan
Individu: becak dan ojek.
Proses evolusi angkutan umum dimulai dari pelayanan tradisional
berbasis paratransit, yang saat ini masih menjadi tulang punggung transportasi
perkotaan di kota-kota menengah dan kecil di Indonesia. Dengan tumbuhnya
permintaan perjalanan menjadi mayoritas bagi pengguna transportasi, terbentuk
angkutan massal berbasis jalan dengan tingkat pelayanan kecepatan rendah dan
kenyamanan rendah.
Reformasi transportasi dengan sistem transit pada koridor backbone,
dengan tetap dengan dukungan angkutan bus (bus besar, bus sedang dan angkot)
sebagai feeder. Dengan perbaikan yang terus berlanjut, kota-kota akan memiliki
Mass Rapid Transit (MRT) berbasis angkutan bus pada backbone, dengan tetap
menerapkan sistem transit pada beberapa koridor dan dukungan sistem bus. adapun
proses dari evolusi angkutan umum adalah :
Tahap-1
: Tahap pada kondisi eksisting angkutan bis kota dan angkutan kota yang masih
rendah dalam penerapan SPM angkutan umum, dimiliki oleh individu dan belum
terorganisasi yang disebut dengan paratransit/angkot
Tahap-2
: Tahap awal reformasi,dengan pembenahan angkutan umum sebagai moda mayoritas
terpilih, memiliki kapasitas lebih besar dari paratransit, terorganisasi, belum
memiliki lajur khusus dengan penerapan SPM sedang yang disebut dengan sistem
transit
Tahap-3
: Tahap pengembangan dari system transit dengan penerapan SPM dengan kategori
baik, melalui pembuatan lajur khusus, feeder bus guna meningkatkan
kecepatan/travel time yang di sebut dengan BRT
Tahap-4
: Reformasi angkutan umum berbasis jalan, dengan penerapan SPM dengan kategori
sangat baik,dengan kapasitas lebih besar dari sistem BRT yang disebut dengan
sistem Full BRT.
Saat ini pengelolaan angkutan umum masih tersegmentasi karena masih
dimiliki oleh individu dan belum secara terstruktur mencerminkan kualitas
pelayanan angkutan umum yang baik. Penataan jaringan trayek masih sangat lemah,
yang ditunjukkan oleh menumpuknya penumpang dan sebaliknya kosong pada wilayah
tertentu, waktu tunggu masih terlalu lama, dan tidak terhubungkan dengan
pusat-pusat kegiatan penting perkotaan. Perkembangan yang cepat dari
kepemilikan sepeda motor dan mobil telah mengurangi keinginan menggunakan
angkutan umum.
Harapan dalam pengembangan angkutan bus kedepan adalah bus menjadi
andalan angkutan umum perkotaan, melalui proses evolusi 3 tahap: reformasi
manajemen angkutan umum, pengembangan sistem transit perkotaan dan pengembangan
BRT. Selanjutnya angkutan umum dapat kembali memiliki modal share yang tinggi
sehingga minimal mencapai 50% dari seluruh kebutuhan perjalanan penduduk
perkotaan di Indonesia. Antar moda angkutan umum dapat dilayani dengan
integrasi pelayanan secara fisik dan tiketing. Angkutan umum kedepan diharapkan
mampu menurunkan biaya perjalanan penduduk perkotaan hingga 50% dari persentase
pengeluaran biaya perjalanan saat ini.
C.
Peranan Angkutan Umum
Pada umumnya kota yang memiliki perkembangan yang pesat pada
dasarnya berada pada jalur sistem angkutan, dalam beberapa sejarah perkembangan
kota – kota besar terhadap sebuah hubungan yang linear antara perkembangan kota
dengan sistem angkutan umum yang baik.
Kondisi transportasi yang baik merupakan salah satu faktor kunci
peningkatan produktivitas perkotaan, peran trasnportasi yang cukup penting ini
menjadikan persoalan transportasi tidak dapat dipisahkan dalam satu perencanaan
wilayah dan kota. adapun peran dari angkutan umum adalah :
Ø Melayani kepentingan mobilitas masyarakat
Peranan angkutan umum adalah untuk melayani
kepentingan mobilitas masyarakatnya dalam melakukan kegiatannya, baik itu
kegiatan sehari-hari yang melibatkan pergerakan dengan jarak yang dekat dan
menegah maupun itu kegiatan sewaktu-waktu yang berkenaan dengan pergerakan
dengan jarak yang jauh.
Ø Pengendalian lalulintas
Dalam hal pengendalian lalulintas maka
pelayanan atupun penyediaan angkutan umum menjadi hal yang tidak bisa
ditiadakan, cirri pelayanan angkutan umum yang memiliki lintasan yang tetap dan
mampu mengangkat orang dengan seketika dan melayani orang banyak maka efesiensi
penggunaan jalan menjadi lebih tinggi karena luasan jalan yang sama dapat
dimanfaatkan atau melayani banyak orang. Ketersediaan angkutan umum yang baik,
nyaman, dan terjangkau dapat menekan banyaknya jumlah kendaraan yang beorprasi
di ruas jalan sehingga dapat memberikan pengaruh fositif terhadap kelancaran
arus lalulintas di ruas-ruas jalan. Dengan pengeloaan yang baik maka pengguna
kendaraan pribadi dapat beralih menggunakan angkutan umum dan tentunya akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap perbaikan sistem transportasi
perkotaan.
Ø Penghematan energi
Pengelolaan angkutan umum sangat berkaitan dengan penghematan
penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan tingginya tingkat polusi. Tingginya
penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan saat ini tentunya membuat penggunaan
energi bahan bakar minyak (BBM) menjadi lebih besar dengan tingkat efesiensi
yang rendah karena tidak melayani banyak orang. Bahan bakar minyar (BBM)
merupakan sumber daya alam yang sifatnya terbatas dan tidak terbaruhi,
tingginya penggunaan bahan bakar minyak ini akan membuat cadangan bahan bakar
ini akan segera habis karena itu penyediaan sarana angkutan umum yang baik akan
menjadi salah satu solusi bagi penghematan energy karena dengan ketersediaannya
angkutan umum yang baik dapat mengalihkan atau manggantikan penggunaan
kendaraan pribadi oleh masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan mobilitasnya.
Ø Pengembangan wilayah
Sistem transportasi yang baik merupakan katalisator perkembangan
perkotaan dan perkembangan suatu wilayah. Penyediaan angkutan umum yang baik,
nyaman dan terjangkau akan mempermudah mobilitas penduduk sehingga interaksi
ekonomi, sosial, budaya dan politik menjadi lebih baik baik itu secara
individu, kelembagaan, maupun interaksi antar daerah atau wilayah. Kemudahan
melakukan mobilitas dan tingkat aksesibilitas yang baik antar daerah akan
menjadi rangsangan bagi perkembangan suatu wilayah.
D.
Permasalahan Transportasi Kota Makassar
Kondisi transportasi kota Makassar saat ini sudah cukup
mengkhawatirkan dan dengan melihat perkembangan kota yang sangat pesat maka
dapat dipastikan bahwa persoalan transportasi ini akan semakin bertambah parah
dan tentunya akan memberikan dampak yang negatif bagi perkembangan kota
Makassar kedepannya, karena itu perlu adanya bentuk perhatian dalam bentuk
perencanaan penanganan persoalan transportasi kedepannya.
Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Makassar yang semakin meningkat
makin mengecilkan peran angkutan umum dalam mengakomodir pergerakan penduduk
dalam perkotaan, dalam hal penyediaan angkutan umum di kota Makassar saat ini
masih bertumpu pada penggunaan angkutan umum non bus/angkot atau dalam bahasa
Makassar disebut dengan pete-pete. Angkutan umum ini melayani pergerakan
masyarakat baik itu didaerah pinggiran maupun pada daerah pusat kota dan
terkadang justru menjadi sumber kemacetan karena memang jumlahnya yang sudah
terlampau banyak saat ini.
Penyediaan angkutan umum berbasis non bus yang menjadi andalan kota
Makassar saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi perkembangan kota
Makassar, penggunaan angkutan umum ini yang hanya menampung 10-12 orang saja
tentunya sudah sangat tidak efeisen lagi baik itu dalam penggunaan ruas jalan
maupun dalam hal penggunaan energy, selain itu pengelolaan angkutan umum non
bus (petepete) masih tersegmentasi karena masih dimiliki oleh individu dan
belum secara terstruktur mencerminkan kualitas pelayanan angkutan umum yang
baik sehingga control terhadap pengoprasian angkutan umum ini menjadi lebih
sulit, begitupun dengan penataan jaringan trayek masih sangat lemah, yang
ditunjukkan oleh menumpuknya penumpang dan sebaliknya kosong pada wilayah
tertentu, waktu tunggu masih terlalu lama, dan tidak terhubungkan dengan
pusat-pusat kegiatan penting perkotaan.
Penyediaan angkutan umum berbasis non bus dikota Makassar yang sudah
tidak efesien lagi serta masih tersegmentasi karena pengelolaannya yang masih
ditangani individu-individu serta penataan jalur trayek yang tidak baik
memberikan dampak negatif bagi pergerakan atau mobilitas masyarakat dalam melaksanakan aktivitas kesehariaannya karena
itu maka sudah sewajarnya disediakan angkutan umum berbasis bus dengan tingkat
pelayanan baik, harga yang terjangkau untuk melayani pergerakan masyarakat.
Sistem pengoprasian atau pengelolaan angkutan umum berbasis bus ini langsung
ditagani oleh pihak pemerintah sehingga memudahkan kontrol pelayanan dari
sistem angkutan umum perkotaan ini serta memudahkan masyarakat dalam
menyampaikan pendapat, saran dan kritikan mengenai pelayanan sistem
transportasi perkotaan dan hal ini kemudian dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi bagi pihak pengelola atau pemerintah terhadap kinerja dan pelayanan
dari angkutan umum berbasis bus ini di kota Makassar.
E.
Pengembangan Sistem Transportasi Berbasis Bus Di Kota Makassar
Dalam sejarah perkembangan kota Makassar diketahui bahwa dahulunya pergerakan
masyarakat dilayani dengn angkutan umum massal berbasis bus namum kemudian
lambat laun menghilang seiring degan perkembangan kota dan karena berkurangnya
peminat atau masyarakat yang menggunakannya karena memilih moda lain seperti
angkutan umum (petepete) dan moda kendaraan pribadi. Adanya sejarah penggunaan
ini kemudian dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pengembangan sistem
angkutan umum massal berbasis bus di kota Makassar karena dari sejarah itu
kemudian dapat diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi menurunnya
penggunaan angkutan umum berbasis bus di masa lalu sehingga dapat disiapkan
alternatif solusi untuk mencegah dan memecahkan masalah tersebut ketika
permasalahan itu muncul kembali dalam pengoprasiaan angkutan umum massal ini di
masa mendatang.
Pengembangan sistem angkutan umum massal ini harus betul-betul
melalui perencanaan yang matang yang melibatkan orang-orang yang berkompoten
dalam hal tersebut, perencanaan sistem transportasi ini tentunya tidaklah hanya
mengandalkan pada perencanaan fisik dan teknis belaka tampa memperdulikan atau
mempertimbangkan kondisi sosial, kultur atau budaya serta karakteristik
masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar kiranya pengembangan sistem angkutan umum
massal berbasis massal ini menjadi sebuah solusi transportasi yang teryata
membawa persoalan baru juga dalam sistem tranportasi kota Makassar dan agar
kemudian tidak terkesan sebagai suatu bentuk kebijakan yang kemudian hanhya di
tiru dari kota-kota yang sudah menerapkannya.
Pengembangan sistem angkutan umum massal ini dapat dilakukan secara
bertahap pada ruas jalan protokol atau utama di kota Makassar dengan
koridor-koridor seperti jalan perintis kemerdekaan – jalan urip sumaharjo,
koridor jalan A.Pangeran pettarani – jalan Sultan alauddin, koridor jalan
gunung bawakaraeng – dengan karebosi link, dan beberapa koridor lainnya. Pengembangan
bertahap ini dilakukan sebagai langkah karena memang biaya investasi awal
pengembangan ini tergolong mahal,dan selain itu juga dapat berfungsi sebagai
sosialisasi lapangan sebelum kemudian sistem ini diberlakukan secara menyeluruh
di kota Makassar, adapun pelayanan yang mendapat prioritas adalah daerah pusat
kota, pusat perdangangan, perkantoran, pendidikan dan sektor jasa lainya, seperti daerah
kawasan karebosi, kawasan panakkukang, kawasan pantai kota Makassar, kawasan
pettarani, urip dan perintis kemerdekaan.
Berdasarkan pertimbangan biaya investasi awal yang cukup besar, maka
sistem angkutan umum massal ini diberlakukan pada koridor utama saja dan untuk
jalur pengumpan dapat dilayani dengan memanfaatkan angkutan umum non bus
(petepete) yang sudah ada tentunya dengan pengolaan dan penataan trayek lang
lebih baik. Pemberdayaan angkutan kecil ini dimaksudkan untuk membangi fungsi
pelayanan dalam satu sistem transportasi yang terintegrasi.
Pengembangan sistem angkutan umum massal ini dilakukan melalui beberapa
tahapan-tahapan pelaksanaan, adapun tahapan pelaksanaan adalah :
Ø Sosialisasi terhadap masyarakat tentang perencanaan pengembangan
sistem angkutan umum massal
Ø Penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendukung
Penyediaan sarana dan prasarana sistem angkutan umum massal ini
berupa penyediaan bus, penyediaan jalur khusus bus, halte, dan pemasangan rambu
dan marka pendukung, peta atau papan informasi yang berisi tentang lokasi
halte, jumlah dan kode trayek dan jalur yang dilayani serta waktu
keberangkatan, serta petunjuk-petunjuk lainnya yang berkenaan dengan pelayanan
angkutan umum.
Ø Pembentukan kelembangaan yang menagani langsung pengoprasian dan
pengelolaan dari sistem transportasi angkutan umum massal
Ø Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi
Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi ini dapat dilakukan dengan
memberlakukan kebijakan insentif dan disinsentif, kebijakan dalam hal pajak
kendaraan yang tinggi. Pembatasan kendaraan ini dapat dimulai dari
kantor-kantor pemeirntahan berupa larangan penggunaan kendaraan pribadi bagi
segenap pengawai selama jam kerja dan untuk mengakomodir pergerakan pengawai
dari dan menuju kekantor dilayani oleh bus-bus perintah, hal ini juga
dimaksudkan untuk pendisiplinan kinerja dari para pengawai. Kebijakan inipun dapat
diteruskan atau diberlakukan pada sekolah-sekolah dan kantor-kantor swasta
lainnya.
Keberhasilan pengembangan atau pengoprasian angkutan umum massa ini
sangatlah tergantung dari kematangan perencanaan, perancangan, regluasi dan
penegakan yang tegas serta starategi kebijakan pelaksanaan dan pengelolaan.
Adapu strategi yang dapat digunakan adalah :
Ø Penetapan sasaran yang hendak di capai
Sasaran pengembangan transportasi ini adalah
pelayanan transportasi yang lebih baik dengan mengakomodir keinginan masyarakat
berupa biaya operasi yang rendah, tingkat keamanan yang baik, tariff yang
terjangkau, ketepatan waktu, serta pelayanan yang memuaskan.
Ø Sistem moda transfer
Dalam hal pelayanan bus ini di perkotaan
maka sistem transportasi angkutan umum massal ini harus menyediakan rute
jaringan jalan yang komperhensif, kapasistas yang memadai, frekuensi bus yang
optimal, dan jangkaun pelayanan dan tariff yang dapat dinikmati oleh penumpang
dengan berbagai jenis pendapatan dan tujuan perjalanan yang berbeda seoptimal
mungkin
Ø
Kualitas pelayanan yang baik
Kualitas pelayanan ini menyangkut tingkat keamanan,
kenyamanan, ketepatan waktu, tariff terjangkau, waktu tunggu yang tidak terlalu
lama serta dampak lngkungan yang dapat diminimalisir
Ø Manajemen oprasional
Dalam hal pelayanan angkutan umum yang baik
maka harus ada perbaiakanb dalam hal manajemen oprasional yang baik karena
manajemen oprasional yang inilah yang kemudian menjadi faktor yang membuat
masyarakat dapat memilih moda angkutan umum.
Untuk memastikan bahwa pelayanan bus
respontif terhadap perubahan permintaan penumpang dan penyampaian keinginan
pengguna maka bus harus dioprasikan oleh lembaga bentukan pemerintah atau
koperasi yang berorientasi pada kenuntungan,kinerja
kelembangaan dan dikontrol langsung oleh pemrintah dan sistem lisensi yang
mendukung kompetensi pengoprasian dan pengelolaan angkutan umum sebagai moda
transportasi yang melayani kepentingan publik.
Ø Pengalihan moda (transsisi)
Pengalihan moda ini diarahkan untuk
mendukung tercapainya visi pengembangan angkutan umum massal berbasis bus,
perubahan atau pengalihan moda ini akan mengahsilkan pertumbuhan kebutuhan
pelayanan bus yang cukup besar dan tinggi seiring dengan berkutangnya
penggunaan kendaraan pribadi dan moda angkutan umum yang lain.
Langkah utama untuk merealisasikan hal ini
adalah dengan perubahan atau transisi penggunan angkutan umum non bus
(petepete) atau angkutan umum berukuran kecil keangkutan bus yang lebih besar
yang dioprasikan oleh lembaga atau koperasi yang ditunjuk sesuai kontrak. Dan
dampak sosial ini harus dapat diatasi dengan baik dan salah satunya dengan
pemberdayaan angkutan umum kapasistas kecil ini pada jalur-jalur pengumpan
tentunya dengan pembatasan dan penataan trayek yang baik.
Ø Perencanaan terpadu
Perencanaan yang baik dan terpadu dengan
penataan perkotaan menjadi faktor yang harus diperhatikan untuk mencegah
tumpang tindihnya perencanaan yang tentunya akan memberikan dampak negatif bagi
sistem transportasi perkotaan dan perkembangan kota.
Berdasarkan kendala-kendala utama dalam
mencapai tujuan utama dari sistem transportasi umum, maka terdafat beberapa hal
yang mesti di perhatikan antara lain :
·
Penawaran sistem operasional
yang menarik bagi para investor yang disertai dengan keuntungan-keuntungan yang
kira-kira akan didapatkan, dengan menetapkan kerangka peraturan yang jelas dan
mendukung, memberikan perspektif layanan yang dapat diandalkan untuk beroperasi
di rute yang telah ditetapkan dengan sistem kompetisi yang baik, dengan jadwal
operasi yang jelas , dan kontrol tarif yang baik
·
Perencanaan rute seefektif dan
seefisien mungkin, sehingga dapat terus ada, dimana dapat ditinjau dari titik
bangkitan perjalanan yang dominan.
·
Biaya perizinan (tarif dan
truktur tarif) sebagai dasar perkiraan biaya. Subsidi jika diperlukan,
sebetulnya hanya terbatas pada modal, bukan subsidi pada tarif (pengoperasian)
·
Mengendalikan kompetisi dengan
moda transport lain seperti angkot dan moda-moda publik lain, dengan lebih
menerapkan peraturan yang lebih tegas.
·
Memberikan jangka waktu operasi
yang panjang untuk operator, (3-7 tahun, tergantung pada investasi yang ada)
·
Penghargaan terhadap kualitas
sistem pengoperasian dengan sistem tender yang kompetitif dan prosedur yang
transparan
·
Memastikan hak pengoperasian
dijamin oleh undang-undang dalam bentuk kontrak operasional secara jelas.
·
Mengendalikan kemacetan lalu
lintas dan membuat jalur khusus untuk bus di tempat-tempat yang mempunyai
bangkitan lalulintas yang tinggi, sehingga pada saat kemacetan terjadi, bus tetap
dapat beroperasi dengan lancar dan sesuai jadwal.
·
Mengintegrasikan sistem
pengoperasian angkot ke dalam skema transportasi secara terpadu, yang mana
bertindak sebagai feeder
·
Menyediakan sarana yang memadai
untuk pengembangan infrastruktur bus.
Ø Penetapan Regulasi
Pembuatan dan penetapan regulasi yang mendukung terselenggaranya
sistem angkutan umum massal bebasis bus menjadi hal yang cukup urgen dalam
pengembangan sistem transportasi perkotaan, regulasi itu dapat berupa
pemberiaan insentif dan disinsentif terhadap penggunaan kendaraan pribadi
sebagai wujud nyata dalam hal pembatasan penggunaan kendaraaan pribadi di
perkotaan, penetapan pajak kendaraaan yang tinggi untuk menekan kepemilikan
kendaraan pribadi yang berlebihan, regulasi yang mengatur tentang sistem parkir
pada kawasan perkotaan untuk mencegah penggunaan badan jalan sebagai lahan
parkir yang tentunya akan memperkecil kapasistas pelayanan satu ruas jalan,
serta regulasi yang berkenaan dengan pengawasan dan pengendalian penggunaan
lahan di daerah perkotaan.
Pengembangan sistem transportasi perkotaan dalam hal ini
pengembangan sistem angkutan umum berbasis bus menjadi hal yang mampu mengurai
persoalan transportasi perkotaan saat ini yang ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan perkembangan permintaan transportasi dengan tingkat pelayanan
transportasi serta peningkatan penggunaan kendaraan pribadi dan didukung sistem
angkutan umum yang tidak begitu baik, pada dasarnya perencanaan pengembangan
sistem angkutan umum berbasis bus ini bukanlah merupakan hal yang dengan mudah
diaplikasikan karena akan berbenturan pada hal fisik angkutan umum yang telah
beroprasi, masalah sosial, budaya dan kultur masyarakat, namum pengembangan
sistem angkutan ini pun dapat terealisasi dengan baik ketika ditopang dengan
perencanaan yang matang, strategi yang tepat serta regulasi dan penegakan
regulasi yang ketat dan tegas.
BAB III
PENUTUP
Permasalahan transportasi perkotaan yang hampir dirasakan oleh seluruh
kota – kota besar dindonesia merupakan wujud dari tidak baiknya sistem angkutan
umum perkotaan, selain itu permasalahan transportasi ini timbulkan karena tidak
sinergisnya perencanaan transportasi perkotaan secara makro dengan perencanan
wilayah dan kota.
Ketidakseimbangan antara peningkatan permintaan akan
transportasi dengan tingkat pelayanan transportasi menjadi faktor utama yang
menyebabkan munculnya permasalahan trasnportasi perkotaan. semakin meningkatnya
permintaan transportasi ini berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk
perkotaan, dan dalam melaksanakan kegiatannya mobilitasnya masyarakat
menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum berbasis non bus (petepete)
yang saat ini tidak sesuai dengan kondisi perkembangan kota Makassar saat ini
karena itu penyediaan angkutan umum massal yang nyaman dan terjangkau adalah
hal yang mesti diprioritaskan saat ini agar kiranya mampu menekan penggunaan
kendaraan pribadi dalam melakukan aktivitas kesehariaannya.
Dengan penyediaan angkutan umum massal sesuai dengan
tahapan perencanaan, dan didukung strategi yang tepat serta regulasi-regulasi seperti di urai diatas maka dapat dipastikan
bahwa sistem tranportasi di kota Makassar menjadi lebih baik dan tentunya
berefek pada perkembangan kota yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tamin, O.Z (1993) Strategi Peningkatan pelayanan angkutan umum
sebagai usaha untuk mengatasi masalah kemacetan di daerah perkotaan,
Jurnal perencanaan wilayah dan kota, Institut Teknologi Bandung.
Tamin, O.Z.(1997) Upaya – upaya untuk mengatasi masalah
transportasi perkotaan, Jurnal perencanaan wilayah dan kota, Jurusan
Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung.
Yunus, HS. (2005) Manajemen Kota Perspektif Spasial. Yogyakarta : PU
Pustaka pelayar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar