Kamis, 14 Februari 2013

Pariwisata Berbasis Teknologi Informasi


PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA 
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
 Oleh
SAKTRIA WIRAWAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dunia pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan. Sektor pariwisata saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan akan pariwisata, Pariwisata merupakan sektor yang interen dengan kehidupan masyarakat yang modern. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang  atau masyarakat, kebutuhan pada kepariwisataan akan semakin besar pula. Hal ini karenakan dalam jangka panjang sektor pariwisata telah menjadi salah satu sektor ekonomi yang selalu tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan dan dinamika masyarakat dunia, sehingga tidaklah mengherankan apabila kemudian banyak Negara termasuk juga Indonesia yang kemudian menjadikan sektor pariwisata sebagai tumpuan sumber penggerak ekonomi bagi masa depan negaranya.
Pariwisata dikembangkan disuatu negara dengan berbagai alasan, namun biasanya yang menjadi alasan utama adalah untuk menghasilkan manfaat ekonomi dari masuknya devisa bagi negara, peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Pariwisata juga dapat mendorong proses perlindungan terhadap suatu lingkungan fisik maupun sosial budaya dari masyarakat setempat, karena objek wisata merupakan aset yang dapat dijual kepada wisatawan sehingga masyarakatpun memiliki kesadaran dan keinginan besar untuk menjaga segenap potensi objek wisatanya hingga dapat dilirik dan tetap dikunjungi oleh wisatawan.
Pengembangan suatu pariwisata akan dapat dicapai dengan efektif jika pembangunan dilakukan dengan perencanaan yang baik dan terintegrasi dengan pengembangan daerah secara keseluruhan. Pembangunan pariwisata perlu dipersiapkan secara terstruktur, terpadu dan berkesinambungan agar tujuan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Penerapan otonomi daerah yang memberi kewenangan bagi daerah untuk mengoptimalkan segenap potensi yang dimiliki termasuk dalam sektor pariwisata menjadi dasar pembangunan pariwisata di daerah agar manfaat sebesar-besarnya dapat dirasakan dan digunakan untuk pembangunan daerah yang berujung pada perkembangan pariwisata nasional.
Keberhasilan pengembangan pariwisata tidaklah hanya tergantung pada berapa banyak objek wisata yang dimiliki, keindahan, kealamian dan keunikan budaya dan tradisi masyarakat disekitar objek atau kawasan wisata namun yang jauh lebih penting adalah sumber daya manusia sebagai pengelola, sistem manajemen pengelolaan pariwisata dan informasi pariwisata itu sendiri. Sumber daya manusia yang berkualitas serta manajemen pengelolaan yang baik dan informasi pariwisata yang akurat, serta mudah diakses akan mampu mengembangkan potensi-potensi wisata menjadi lebih baik sehingga  memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan penghasilan suatu daerah atau negara.
Salah satu faktor yang menghambat perkembangan suatu pariwisata adalah pola promosi dan sistem pengelolaan informasi pariwisata yang belum baik sehingga terkadang  objek wisata menjadi tidak dikenal dan tentunya tidak menjadi objek tujuan para wisatawan untuk berwisata. selain itu keterbatasan informasi tentang tujuan wisata, objek wisata yang menarik, produk atau hasil kerajinan, budaya dan tradisi lokal serta sarana dan prasarana yang tersedia, serta masalah transportasi untuk mencapai suatu kawasan wisata juga makin membuat suatu kawasan wisata tidak berkembang dengan baik.
Harus diakui bahwa kebanyakan pengelolaan informasi kepariwisataan saat ini hanya bersandar pada pengelolaan konvensional yang menggandalkan penjualan pariwisata dengan promosi lewat majalah pariwisata, brosur pariwisata, dan informasi dari mulut ke mulut. Hal ini terutama banyak berlaku pada sektor pariwisata di daerah atau kota-kota kecil di Indonesia, Keterbatasan informasi inilah yang membuat pariwisata di daerah-daerah menjadi susah berkembang.
Perkembangan dunia teknologi informasi yang ditandai dengan penggunaan internet yang meningkat sangat pesat haruslah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam pengembangan dunia kepariwisataan di indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi ini akan memudahkan informasi bagi para wisatawan tentang objek-objek wisata dengan sarana dan prasarana pendukungnya, informasi tentang rute, jarak, biaya dan moda yang dapat digunakan untuk mencapai suatu lokasi wisata.
Saat ini perencanaan pengembangan sektor pariwisata nasional memang telah direncanakan dengan baik dengan dibuatnya satu rencana induk pengembangan pariwisata nasional (RIPPN) yang diteruskan dengan rencana induk pengembangan pariwisata  (RIPPDA) baik itu di tingkat provinsi maupun di tingkat kota dan kabupaten yang berisi informasi tentang potensi-potensi objek wisata dengan segenap sarana dan prasarana pelengkapnya, gateway dan rencana perjalanan wisata, namum hal ini menjadi tidak efektif karena terkadang hanya tertinggal sebagai laporan pengisi lemari di instansi pemerintahan terutama instansi yang mengelola pariwisata dan kebudayaan, laporan inipun juga menjadi laporan yang susah di akses tampa adaya perijinan dengan segenap tradisi-tradisi pengelolaan birokrasi yang rumit membuat informasi tentang potensi objek-objek menjadi tidak diketahui orang banyak.
Melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya penyusunan rencana pengembangan pariwisata nasional yang berbasis pada sistem teknologi informasi yang memperkenalkan segenap potensi wisata, sarana dan prasarana pendukung, kemudahan akses dan transportasi, paket wisata yang ditawarkan, biaya, rute dan jarak serta hal-hal yang berkenaan dengan pariwisata di tiap-tiap daerah. Informasi yang diberikanpun bukan sekedar data base jumlah dan jenis objek wisata saja, namun juga dengan visualisasi objek dan fasilitas, peta citra satelit sehingga informasi ini dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan untuk menentukan daerah tujuan wisata, jadwal kegiatan wisata, paket wisata yang dipilih, waktu yang diperlukan, biaya, moda yang akan digunakan serta kemudahan transaksi lainnya.
Dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan informasi pariwisata yang memberikan kemudahan bagi pihak pemerintah atau pengelola suatu objek atau kawasan wisata dalam mempromosikan potansi-potensi wisatanya serta kemudahan para wisatawan dalam memilih daerah tujuan wisata, paket-paket wisata, akomodasi dan moda transportasi yang akan digunakan, serta adanya ruang interaksi, maka diharapkan akan membawa perkembangan bagi sektor pariwisata nasional sehingga mampu menjadi salah satu sektor unggulan dalam peningkatan pendapatan atau devisa Negara di masa mendatang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada pembahasan kali ini adalah :
·      Bagaimana bentuk penerapan Sistem Informasi dalam  pengembangan sektor pariwisata.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal ditempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pelajaran pariwisata adalah suatu pelajaran untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi, fisik dan kesejahteraan sosial wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata. Harapan dan penyesuaian dibuat oleh penduduk yang menerima mereka dan terdapat peran perantara dan instansi pengelola perjalanan wisata  menjadi penengah antara wisatawan dan penduduk di daerah tujuan wisata. (Happy Marpaung, 2002 : 13)
Sedang Freuler mengemukakan bahwa pariwisata dalam artian moderen adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan (Yoeti, 1997 : 17 ).
Dalam pengertian sederhana pariwisata dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan manusia untuk mencari hiburan atau menghilangkan stress dengan mengunjungi dan menikmati tempat-tempat tertentu yang menawarkan keindahan, keunikan atau memberikan suasana yang berbeda dengan tempat dimana aktivitas rutin manusia atau masyarakat itu berlangsung dan para pelaku wisata ini biasa disebut dengan wisatawan dan wisatawan ini merupakan unsur utama dalam pariwisata.
Terlaksananya kegiatan pariwisata tergantung pada adanya interaksi antara wisatawan dan obyek wisata, yang didukung dengan berbagai sarana dan prasarana pariwisata. Ketiga faktor itu saling mempengaruhi. Sebuah obyek wisata akan dikatakan menarik jika banyak dikunjungi wisatawan. Sebaik apa pun suatu obyek wisata, jika tidak ada yang mengunjungi, tidak akan dikatakan menarik perhatian wisatawan. Pelaku perjalanan akan disebut wisatawan ketika mereka melakukan kegiatan wisata atau kegiatan yang bersifat rekreatif untuk menikmati suatu obyek wisata. (Wardiyanta, 2006 : 57).
Pariwisata sendiri meliputi berbagai jenis yakni pariwisata pantai, pariwisata etnik, pariwisata budaya, pariwisata sejarah, pariwisata alam, pariwisata agro, pariwisata kota, pariwisata sosial dan pariwisata alternatif. Kegiatan pariwisata ini dapat dilakukan dengan mengunjungi satu objek wisata tertentu atau kawasan wisata yang menawarkan beberapa macam objek wisata didalamnya.
B. Pengertian Pengembangan Pariwisata
Pengembangan diartikan sebagai suatu proses yang dinamis dengan menggunakan segala sumber daya yang ada guna mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Pengembangan ini dapat dalam bentuk wujud fisik maupun mutu dalam artian kualitas atau kuantitas. (Suyitno, 1997 : 27)
Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki, meningkatkan suatu yang ada. Sedangkan pembangunan adalah mengadakan atau membuat sesuatu yang belum ada. Kedua istilah ini sekarang sering digunakan untuk maksud yang sama yakni, pengembangan atau pembangunan sosial ekonomi.
Perkembangan suatu wilayah biasanya dilandasi oleh produktivitas yang dicapai melalui kombinasi yang tepat antara sumberdaya produksi seperti; alam, tenaga, modal, dan keterampilan. Adapun strategi peningkatan produksi dan pendapatan bertitik tolak pada permintaan akhir, meliput kegiatan pariwisata. Teori yang berkembang saat ini adalah bahwa perekonomian suatu negara hendaknya berlandaskan kebijakan investasi yang dapat menciptakan dampak kegiatan ekonomi eksternal seperti; investasi untuk meningkatkan pendapatan tak langsung dan investasi prasarana fisik. Kebijakan investasi tersebut hendaknya juga dilengkapi dengan kebijakan yang memungkinkan penyebarluasan ilmu pengetahuan serta kebijakan yang memungkinkan untuk meningkatkan mobilitas sumberdaya alam, modal, dan teknologi didalam suatu negara maupun antara negara. (Rustan U.: 1997).
Pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan perbaikan atau peningkatan mutu objek atau kawasan wisata dengan perbaikan sarana dan prasarana serta peningkatan pelayanan dalam hal akomodasi dan transportasi dan dilakukan dengan terstruktur, teratur dan dalam satu sistem yang terintegrasi antar komponen-kompnen pengembangan pariwisata. Hal yang juga menjadi sangat penting dalam hal pengembangan pariwisata adalah sisitem promosi dalam hal penjualan dan pencitraan suatu daerah tujuan wisata, objek wisata dan kawasan wisata. Kendala pengembangan pariwisata nasional saat ini adalah masih banyak daerah yang belum mampu mengelola potensi-potensi  wisata dengan baik serta pola pengelolaan kawasan wisata yang masih konvensional sehingga sistem manajemen dan sistem informasi penjualan potensi wisata belum begitu mampu berjalan dengan baik dan terkadang tidak sanggup bersaing dengan kawasan wisata di Negara-negara tetangga.
Kemajuan teknologi informasi saat ini serta tingginya penggunaan internet saat ini mestinya dimanfaatkan dengan baik dalam hal pengelolaan informasi kepariwisataan sehingga calon wisatawan dapat dengan mudah mengakses informasi tentang suatu daerah tujuan wisata, kawasan ataupun objek wisata beserta dengan segenap sarana dan prasarana pendukung serta paket-paket wisata yang ditawarkan serta biaya dan lama waktu yang akan digunakan untuk berwisata.

C. Pengertian Sistem Informasi Pariwisata dan Pengembangan Sistem Informasi
Merujuk pada pengertian sistem informasi, yakni sekumpulan komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi terkait untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian (Prahasta, 2009, h. 93) sedangkan pariwisata dapat diartikan sebagai suatu kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke suatu daerah dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan bersenang-senang atau bisnis (Ismiyanti, 2010), maka dari dua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi pariwisata adalah sekumpulan komponen yang saling bekerjasama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan data yang berhubungan dengan hasil kebudayaan, tata cara hidup suatu masyarakat serta kekhasan alam yang dimiliki daerah tertentu yang berbeda dengan lingkungan keseharian.
Pengembangan sistem informasi pariwisata dilakukan melalui beberapa tahapan dan tiap-tiap tahapan menghasilkan sesuatu yang lebih rinci dari tahapan sebelumnya. Tahap awal dari pengembangan sistem umumnya dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan penjabaran rencana stratejik dan kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka panjang, Masukan (input) utama yang dibutuhkan dalam tahap ini berupa Kebutuhan Stratejik organisasi atau pengelola kawasan wisata, dalam rangka pengembangan sektor pariwisata.
Tahapan-tahapan pembangunan sistem  informasi ini berupa : tahapan perencanaan berdasarkan masukan kebutuhan, tahapan analisis, tahapan perancangan atau desain, tahapan pembangunan fisik, tahapan inflementasi, dan tahapan pasca implementasi.
Pembangunan dan pengembangan sistem informasi yang akan di transformasikan terhadap pengembangan sektor pariwisata haruslah betul-betul direncanakan dengan sebaik-baiknya agar kiranya penerapan teknologi informasi dalam satu sistem informasi ini dapat memberikan hasil yang maksimal bagi pengembangan dan perkembangan sektor pariwisata.
D. Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pengembangan Pariwisata  
Pengoptimalan potensi pariwisata tidak hanya berada dalam arah pembenahan lokasi maupun objek wisata, namun harus diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan promosi serta pemilihan paket wisata dan pemesanan langsung oleh wisatawan. Pemanfaatan teknologi informasi ini diyakini akan menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pengembangan sektor pariwisata. Informasi tentang suatu daerah tujuan wisata beserta dengan sarana dan prasarana serta komponen-komponen lain yang berkaitan dengan hal pariwisata adalah yang sangat diperlukan oleh para calon wisatawan dalam menentukan daerah tujuan wisata.
Informasi dapat didefinisikan sebagai data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima. Sedang sistem Informasi merupakan sistem yang mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi tersebut.  Sistem informasi inipun didukung oleh ketersedian teknologi informasi, teknologi informasi menurut Kamus Oxford(1995) adalah penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa dan mendistribusikan informasi apa saja termasuk kata-kata, bilangan dan gambar. Sedang menurut Lucas (2000), teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan Informasi dalam bentuk elektronis.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengembangan pariwisata dilakukan dengan menginfut data-data tentang objek-objek wisata, hotel dan penginapan disekitar lokasi wisata, moda yang dapat digunakan untuk mengakses lokasi, event-event yang sering diselenggarakan, keunikan budaya dan tradisi lokal didaerah kawasan wisata serta peta penyebaran objek pariwisata yang disertai dengan petunjuk tentang rute perjalanan. Hasil analisis data ini dengan segenap detailnya kemudian di informasikan  kepada para calon wisatawan yang diaplikasikan dalam bentuk paket kegiatan wisata. Pemanfaatan sistem informasi dalam satu sistem informasi pariwisata ini juga harus memberikan ruang untuk berinteraksi antara para wisatawan dengan penyedia jasa pariwisata sehingga dengan kemudahan interaksi ini maka akan memudahkan transaksi antar kedua belah pihak.


















BAB III
PEMBAHASAN

A.  Rencana Pengembangan Sektor Pariwisata berbasis Teknologi Informasi
Seperti yang diurai pada bab sebelumnya bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang akan memberikan penambahan pendapatan yang cukup besar bagi suatu Negara ketika mampu dikelola dengan baik. Belum berkembangnya sektor pariwisata nasional dengan baik saat ini tidak bisa dipisahkan dari sistem pengelolaan informasi pariwisata, dimana kebanyakan pengelolaan informasi hanya bertumpu pada penggunaan media informasi berupa majalah dan brosur pariwisata saja. 
Dunia pariwisata yang menjadi salah satu bidang garapan pemerintah sudah saatnya memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai implementasi dalam mempublikasikan dan memasarkan potensi wisata nasional dan daerah. Kemajuan teknologi informasi saat ini haruslah mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan suatu sistem informasi pariwisata yang juga dikombinasikan dengan pemanfaatan sistem informasi geografis. Keberadaan rencana induk pengembangan pariwisata nasional yang diteruskan dengan rencana induk pengembangan pariwisata daerah (RIPPDA) baik itu di tingkat provinsi, kota dan kabupaten yang dimiliki saat ini harus mampu dikolaborisasikan dan di transformasikan dalam satu rencana pengembangan pariwisata berbasis teknologi informasi sehingga promosi dan pengelolaan informasi potensi pariwisata menjadi lebih baik, lebih akurat dan mudah diakses oleh wisatawan.
Pada saat ini pemanfaatan Teknologi Informasi untuk pengembangan sector pariwisata di Indonesia masih lemah, hal ini dapat dilihat dengan kurangnya website khusus yang menyediakan informasi yang lengkap mengenai sistem pariwisata di Indonesia. Karena itu pengembangan sektor pariwisata berbasis teknologi informasi menjadi suatu langkah pengembangan yang tidak bisa dikesampingkan dan ditawar-tawar lagi ketika kita menginginkan berkembangnya sektor pariwisata nasional.
Pengembangan pariwisata berbasis teknologi informasi ini dilakukan dengan menyediakan web khusus pariwisata Indonesia pada tingkat pusat dan diteruskan kedaerah dan pengelola suatu kawasan wisata, web ini kemudian memberikan informasi berupa objek-objek wisata yang dimiliki tiap-tiap daerah, sarana dan prasana pelengkapnya, akomodasi, transportasi, keunikan budaya dan tradisi lokal serta karya khas daerah serta sistem informasi geografi tiap objek wisata. Dengan tersedian web khusus pariwisata dengan informasi yang rinci, akurat disertai dengan visualisasi dan detail kondisi kawasan maka wisatawan akan menjadi faktor penarik bagi wisatawan untuk mengunjugi satu daerah, kawasan ataupun objek wisata.  
B.  E-Tourism Sebagai Bentuk Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pengembangan Sektor Pariwisata
Pariwisata Indonesia merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan pendapatan Negara apabila dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, berbagai aspek dalam bisnis kepariwisataan telah dikembangkan oleh pemerintah maupun para pelaku kepariwisataan guna meningkatkan pendapatan pada sektor ini. Ada berbagai alternatif dalam mengembangkan potensi pariwisata seperti: pembenahan dan renovasi kawasan wisata, menciptakan daerah tujuan wisata, melakukan promosi melalui media maupun brosur-brosur, serta masih banyak lagi alternatif yang dapat dilakukan guna menunjang pengembangan wisata namun itu saja belum cukup untuk menjawab tantangan penanganan dunia pariwisata kita. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi informasi dengan pengembangan sistem E-Tourism yang menekankan pada online booking sebagai landasan dan langkah maju dalam pengembangan pariwisata Indonesia merupakan hal mutlak yang harus segera diterapkan dalam pengelolaan sektor pariwisata.
Pengembangan sistem E-tourism ini haruslah terintegrasi dengan kebijakan-kebijakan pengembangan pariwisata dan terintegrasi dengan sistem informasi pelayanan pendukung seperti industri jasa penerbangan, pelayaran, angkutan jalan raya, asuransi, agen travel, hotel, restoran, serta sentra kerajianan khas daerah dan pengelola daerah, kawasan atau objek wisata itu sendiri.
  Penerapan sistem E-tourism ini memberikan informasi tentang objek wisata serta paket wisata dengan segenap komponen-komponen pendukungnya melalui website pariwisata dan bersifat interaktif dengan wisatawan yang membutuhkan informasi. Tampilan yang menarik dan dengan konten-konten yang lengkap serta informasi yang akurat dan senantiasa terbarukan yang disediakan oleh website pariwisata akan menjadi faktor penarik bagi wisatawan untuk selalu mengakses website dan mengenali lebih jauh tentang objek-objek wisata yang ditawarkan, sehingga melalui E-Tourism paling tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan pada sektor  kepariwisataan bagi pariwisata Indonesia.
Berdasarkan ketersediaan berbagai aspek seperti akamodasi, objek wisata, fasilitas untuk mendukung aktivitas wisatawan, , dan adanya informasi yang lengkap tentang jarak perjalanan yang dilengkapi dengan ketersediaan peta citra satelit dan didukung oleh kecocokan harga dan waktu, maka akan sangat membantu wisatawan untuk mengambil keputusan didalam melakukan perjalanan wisata ke Indonesia.
E-tourism dipandang sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam bidang pariwisata, memberikan berbagai jasa layanan pariwisata kepada customers dalam penyelenggaraan pemasaran pariwisata yang lebih mudah diakses.
Selain sebagai media penyedia informasi, teknologi internet juga dapat memudahkan wisatawan untuk berinteraksi dengan operator pariwisata yang dikehendakinya. Antara lain untuk kepentingan pemesanan kamar hotel, tiket perjalanan, tiket pertunjukan dan mengakses segala kebutuhan informasi pariwisata lainnya sehingga sangat memudahkan dan menghemat biaya serta menghemat waktu karena tidak perlu pergi sendiri ke tempat penjualannya.
C.  Tinjauan dan konsep dasar E-Tourism
Konsep E-Tourism pada dasarnya merupakan konsep yang masih baru dan belum mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata, khususnya di Indonesia. E-Tourism masih di lihat sebagai sesuatu hal yang masih perlu dikaji lebih jauh mengenai keberadaan. Meskipun dilain pihak dalam pengembangan pariwisata penekanan terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan  Internet sudah tinggi, namun hal ini tidak di barengi dengan aplikasi internet tersebut sebagai alat pengembangan pariwisata. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengembangan E-Tourism sangat terkait erat dengan penggunaan internet sebagai media utama yang dipakai dalam pengelolaan informasi dan promosi penjualan jasa pariwisata.
Pada hakekatnya internet memiliki peran yang tidak terpisah dalam perkembangan teknologi, terutama pariwisata. Internet telah menjadi salah satu solusi yang ditawarkan untuk mempermudah kinerja pengembangan pariwisata di Indonesia.  Lewat internet banyak hal bisa di akses secara mudah, serta digunakan oleh sebagian besar masyarakat didunia.  Hal ini memungkinkan penyebaran informasi mengenai pengembangan pariwisata bisa diakses kapan, dimana, serta oleh siapa saja. Pemanfaatan internet dalam pasar pariwisata dipakai sebagai la ndasan dalam pengambilan kebijakan strategis pariwisata, dan merupakan dasar perubahan/inovasi pariwisata yang lebih efektif. Hal ini terlihat dari pengembangan infrastruktur, human capacity, dan integrasi konsep elektronik bisnis tingkat rendah oleh penyedia pariwisata lokal, pemerintah, dengan menambah aturan utama dalam menumbuhkan paritisipasi dan pemasukan perusahaan pariwisata.
Hendriksson (2005), menyatakan bahwa ada empat karateristik utama bila  kita ingin mengembangkan E-Tourism yaitu : 1) produk pariwisata; 2) dampak berantai yang ditimbulkan oleh industri pariwisata; 3) struktur industri pariwisata; 4) adalah ketersediaan perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Lebih jauh Eriksson menyatakan, dalam mempersiapkan karateristik E-Tourism, maka perlu dilakukan pembangunan untuk mencapai penyempurnaan pasar elekronik, seperti : 1) warisan sistem yang telah ada; 2) keberagaman informasi; 3) tidak ada standar global dalam penukaran data; 4) operasi tanpa batas.
Teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak pada promosi, pemasaran, dan penjualan pariwisata. Karena wisatawan kini tidak sabar menunggu informasi yang biasanya diberikan melalui biro jasa perjalanan ataupun organisasi pengelola kawasan wisata sehingga mereka lebih senang mencari sendiri apa yang ada di benaknya sehingga mampu meyakinkan bahwa produk yang dipilihnya adalah yang terbaik. aplikasi internet dalam pariwisata pada dasarnya tercermin dalam suatu sistem distribusi pariwisata yang lebih mengarah pada transformasi pengembangan industri pariwisata dari perantara tradisional ke arah perantara internet, seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini.

Gambar : Sistem Distribusi Pariwisata
Sumber : UNTACT, Information Economy, 2005

Gambar di atas menunjukkan beberapa sistem akses dengan menggunakan jalur internet untuk tiket pesawat, penginapan, rental mobil, dan berbagai jasa pelayanan lainnya. Gambar tersebut merupakan jalan keluar dalam jalur distribusi ketergantungan tingkat rendah dari sistem pelayanan konsumen tradisional dan sistem distribusi global. Dimana terdapat penghasil pariwisata (penginapan, pesawat, restauran, tempat rekreasi dan trasportasi lainnya), perantara tradisional seperti agen travel, operator tour, DMOs, dan asosiasi tour, serta daerah potensi pariwisata. Web memiliki peranan sebagai jembatan penghubung antara produsen pariwisata dan daerah potensi pariwisata. Karena secara langsung produsen pariwisata dapat mengetahui kondisi serta alternatif-alternatif yang bisa dijadikan bahan acuannya  untuk memilih daerah wisata tujuan sebagai layanan kepada produsen pariwisata.  Layanan ini dipermudah melalui Global Distribution System dan Consumer Distribution System.
Sistem ini didasarkan pada satu konsep layanan yang bisa dikatakan tidak terbatas bagi turis ataupun konsumen yang akan berwisata.  Konsep layanan untuk memuaskan wisatawan atau konsumen ini didasarkan oleh beberapa aspek penting, kesiapan sistem ini yang minimal mencakup antara lain: akomodasi, transportasi, serta fasilitas yang dapat mendukung aktivitas yang diinginkan oleh konsumen. Sedangkan yang menjadi dasar penting bagi konsumen mencakup antara lain harga, kesiapan. Dengan sistem ini pula jarak yang selama ini menjadi masalah dalam penyampaian informasi dapat diselesaikan dengan jalan online bookings, dengan kata lain seorang konsumen mendapatkan informasi yang lebih solid, akurat dan cepat sehingga dia secara langsung dapat memutuskan daerah mana yang menjadi tujuan wisatanya.
Sistem pengembangan kepariwisataan yang berbasis e-Tourism terdiri dari tiga komponen utama yaitu: 1) pengumpulan data, standarisasi, dan konsulidasi, 2)manajemen serta implementasi, 3) bentuk  pemasarannya. Hal ini terlihat jelas pada gambar di bawah ini




Gambar : Konsep Dasar E-Tourism
Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

Berdasarkan gambar diatas, terlihat ada tiga tingkatan utama dalam penyusunan sistem E-Tourism yaitu : 1) Bagian-bagian koleksi data, yang merupakan dasar dalam dalam melakukan standarisasi dan konsolidasi. Pada bagian ini terdapat elemen-elemen seperti hotel, tempat rekreasi, serta event-event penting yang bisa diakses oleh konsumen. Oleh karena itu, pengumpulan data serta penerapan standarisasi dan konsulidasi menjadi tujuan utama dalam tingkatan pertama; 2) manajemen dan follow-up dalam hal ini mencakup perancangan sistem yang akan disusun berdasarkan bagian-bagian standarisasi dan konsolidasi pada tingkatan pertama; 3)  mencakup aplikasi ataupun penerapan sistem yang terjadi dalam rangka pemasaran.  tingkatan ketiga pada dasarnya merupakan tingkatan penyampaian dan penyebaran informasi kepada wisatawan.
Pengembangan E-Tourism harus mampu menyentuh pada aspek yang paling utama yaitu memberikan informasi dan kepastian bagi wisatawan ketika mereka memilih untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Disamping itu, pengembangannya dalam skop pariwisata nasional sebagai satu kesatuan sistem yang terintegrasi dalam pengembangan sistem pariwisata terpadu berbasis pada pemanfaatan teknologi informasi.
Adanya web pariwisata yang tersedia dan mudah diakses dengan informasi yang detail dan akurat  merupakan langkah awal dari pengembangan sektor pariwisata berbasis teknologi informasi, adapun contoh homepage pariwisata Indonesia  seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar : Homepage Pariwisata Indonesia
Adanya homepage yang memberikan informasi dan memiliki portal website yang cukup memadai adalah hal yang perlu dikembangkan lagi dengan melengkapi kontent atau isinya dengan segenap potensi pariwisata Indonesia, dan memperlihatkan segenap daerah tujuan wisata. Harus diakui bahwa pengembangan kepariwisataan Indonesia masih belum terpadu dan memiliki akses terbatas pada lingkup Nasional.
Dengan memperhatikan kondisi kepariwisatan Indonesia, serta sinkronisasi sistem kepariwisataan terpadu, maka hendaknya kepariwisataan Indonesia melakukan transformasi pengembangan kepariwisataan dengan berbasiskan E-Tourism. Oleh karena itu, pengembangan E-Tourism sebaiknya lebih mendasarkan pada kondisi kepariwisataan Indonesia seperti tampak dalam desain sistem kepariwisataan berbasis E-Tourism





Gambar : Desain Sistem Kepariwisataan Indonesia


Sistem kepariwisataan yang berbasiskan E-Tourism dengan penekanan pada online booking, dan mendasarkan pada sistem  yang dibuat oleh Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner, (2005), namun pengembangannya harus disesuaikan berdasarkan perkembangan pariwisata di Indonesia, dimana konsumen pariwisata kembali diperhadapkan dengan hal klasik seperti ketersediaan waktu dan harga/keuangan.  Kemudian sistem ini juga diperhadapkan dengan masalah yang sama yakni akomodasi, transportasi, serta fasilitas dari aktivitas yang akan disiapkan.  Namun yang berbeda dan menjadi ciri khas dari sistem ini adalah, adanya satu konsep objek wisata yang lebih terfokus untuk masalah kebudayaan, serta kawasan wisata yang ada. 
Adapun alasan dasar mengapa hal-hal tersebut diangkat dan menjadi salah satu prioritas adalah karena lewat hal ini budaya Indonesia secara khusus diperkenalkan kepada konsumen dalam hal ini turis, dilain sisi budaya yang ada akan terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat, karena lewat budaya ini bukan saja identitas yang akan tetap dipertahankan namun juga lewat budaya, masyarakat setempat pun mendapatkan penghasilan. Begitu juga kawasan wisata yang selama ini memiliki potensi yang besar namun belum diperhatikan bisa dapat dimaksimalkan oleh pemerintah daerah.
            Lewat sistem online booking, sangat mempermudah konsumen merencanakan serta melakukan perhitungan yang tepat untuk mendapatkan paket liburannya. Hal ini disebabkan karena konsumen dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui kepastian biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan. Disamping itu, wisatawan juga dapat memperoleh kepastian akan aktivitas yang akan dilakukan pada saat melakukan perjalanan.
Disisi lain, dengan adanya informasi yang komperhensif mengenai jarak ke lokasi wisata dan juga jarak perjalanannya, maka akan mempermudah wisatawan dalam mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata tersebut. Oleh karena itu, jarak, tidak lagi menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam penyampaian informasi untuk efisiensi dan efektifitas wisatawan.
Berdasarkan uraian diatas, maka kehadiran E-Tourism dalam meningkatkan pendapatan pariwisata sangatlah penting karena pengoptimalan potensi pariwisata tidak hanya berada dalam arah pembenahan lokasi maupun objek wisata, namun harus diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan promosi serta pemesanan langsung oleh wisatawan.
D. Kendala penerapan E-Tourism
Masalah penganggaran selalu menjadi kendala utama dalam menyiapkan data pariwisata dengan menggunakan Teknologi Informasi. Untuk membangun sarana dalam merepresentasikan, menyimpan dan memelihara data pariwisata menggunakan media internet membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya ini bukan hanya dari segi pembelian perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga biaya penyiapan informasi pariwisata yang tepat dan relevan. Setelah penyiapan dilakukan, juga diperlukan biaya untuk pemeliharaan, mengingat data pariwisata sangat dinamis sehingga membutuhkan penanganan yang seksama. Kebutuhan perangkat lunak lebih mudah diperoleh asalkan biayanya tersedia. Tapi kebutuhan untuk menyiapkan data pariwisata seperti di atas yang harus dapat disimpan secara baik bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan masih sulitnya mencari data pariwisata yang akurat serta langkanya ahli pariwisata. Kita tidak dapat mengisi suatu informasi pariwisata dengan data pariwisata yang seadanya atau asal-asalan. Selain itu untuk dapat melakukan interaksi dengan internet tentunya diperlukan sarana perangkat keras yang memadai dan jaringan komputernya. Hal ini masih dapat diatasi dengan sistem penyewaan sarana seandainya yang bersangkutan tidak memiliki sendiri.
Kendala lain adalah sosial budaya terutama bagi bangsa Indonesia karena kalau menggunakan internet maka interaksi antar manusia menjadi berkurang. Hal ini akan menimbulkan kecanggungan bagi sebagian besar masyarakat, apalagi penggunaan Teknologi Informasi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih merupakan hambatan. Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang biasa berinteraksi dengan internet dan umumnya adalah masyarakat usia muda.
Kendala lain adalah soal keamanan dimana masyarakat kita biasanya setelah membayar sesuatu maka akan langsung menerimanya, atau malahan kalau mungkin berhutang dulu. Dengan adanya internet maka uang akan ditagih lebih dulu melewati kartu kredit yang bersangkutan, sedangkan produk baru diberikan belakangan. Hal seperti ini akan menimbulkan keraguan karena timbul perasaan tidak aman.












BAB IV
PENUTUP

Sektor pariwisata  pada dasarnya merupakan sektor yang memiliki potensi yang sangat besar untuk peningkatan pendapatan Negara atau daerah serta peningkatan pendapatan masyarakat ketika mampu dikelola dengan baik. Salah satu faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya sektor pariwisata nasional saat ini adalah karena pengelolaan informasi yang bersifat promosi dan belum mampu memaksimalkan ketersediaan teknologi informasi yang tersedia. Karena itu dalam mengembangkan sektor pariwisata maka perlu adanya pengembangan sistem informasi pariwisata yang berfungsi sebagai media informasi dan panduan bagi wisatawan yang berkunjung dan yang akan berkunjung.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengembangan sektor pariwisata dalam bentuk E-Tourism akan memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan sektor pariwisata dan berujung pada peningkatan pendapatan dalam bidang kepariwisataan. Pemanfaatan teknologi informasi ini harus di sinergikan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam sektor pariwisata yang tertuang dalam rencana induk pengembangan pariwisata daerah dan terintegrasi dengan sistem pendukung pariwisata lainnya.



2 komentar: