PENGEMBANGAN SEKTOR
PARIWISATA
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Oleh
SAKTRIA
WIRAWAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pariwisata merupakan salah satu
sektor penghasil devisa yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan. Sektor
pariwisata saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan
makin meningkatnya kebutuhan akan pariwisata, Pariwisata
merupakan sektor yang interen dengan kehidupan masyarakat yang modern. Semakin
tinggi tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang
atau masyarakat, kebutuhan pada kepariwisataan akan semakin besar pula. Hal ini karenakan
dalam jangka panjang sektor pariwisata telah menjadi salah satu sektor ekonomi yang selalu tumbuh dan
berkembang seiring dengan kemajuan dan dinamika masyarakat dunia, sehingga tidaklah mengherankan apabila
kemudian banyak Negara termasuk juga Indonesia yang kemudian menjadikan
sektor
pariwisata sebagai tumpuan sumber penggerak ekonomi bagi masa depan negaranya.
Pariwisata dikembangkan disuatu negara dengan berbagai alasan, namun biasanya yang menjadi
alasan utama adalah untuk menghasilkan manfaat ekonomi dari
masuknya devisa bagi negara, peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Pariwisata
juga dapat mendorong proses perlindungan terhadap suatu lingkungan fisik maupun
sosial
budaya dari masyarakat setempat, karena objek wisata merupakan aset yang dapat dijual
kepada wisatawan sehingga masyarakatpun memiliki kesadaran dan
keinginan besar untuk menjaga segenap potensi objek wisatanya hingga dapat
dilirik dan tetap dikunjungi oleh wisatawan.
Pengembangan
suatu pariwisata akan dapat dicapai dengan efektif jika pembangunan dilakukan
dengan perencanaan yang baik dan terintegrasi dengan pengembangan daerah secara
keseluruhan. Pembangunan
pariwisata perlu dipersiapkan secara terstruktur, terpadu dan berkesinambungan
agar tujuan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
dapat tercapai. Penerapan otonomi daerah yang memberi kewenangan bagi daerah
untuk mengoptimalkan segenap potensi yang dimiliki termasuk dalam sektor
pariwisata menjadi dasar pembangunan pariwisata di daerah agar manfaat
sebesar-besarnya dapat dirasakan dan digunakan untuk pembangunan daerah yang
berujung pada perkembangan pariwisata nasional.
Keberhasilan
pengembangan pariwisata tidaklah hanya tergantung pada berapa banyak objek
wisata yang dimiliki, keindahan, kealamian dan keunikan budaya dan tradisi
masyarakat disekitar objek atau kawasan wisata namun yang jauh
lebih penting adalah sumber daya manusia sebagai pengelola, sistem manajemen
pengelolaan pariwisata dan informasi pariwisata itu sendiri. Sumber
daya manusia yang berkualitas serta manajemen pengelolaan yang baik dan informasi
pariwisata yang akurat, serta mudah diakses akan mampu mengembangkan potensi-potensi
wisata menjadi lebih baik sehingga memberikan
dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan
penghasilan suatu daerah atau negara.
Salah
satu faktor yang menghambat perkembangan suatu pariwisata adalah pola promosi
dan sistem pengelolaan informasi pariwisata yang belum baik sehingga
terkadang objek wisata menjadi tidak
dikenal dan tentunya tidak menjadi objek tujuan para wisatawan untuk berwisata.
selain itu keterbatasan informasi tentang tujuan wisata, objek wisata yang
menarik, produk atau hasil kerajinan, budaya dan tradisi lokal serta sarana dan
prasarana yang tersedia, serta masalah transportasi untuk mencapai suatu
kawasan wisata juga makin membuat suatu kawasan wisata tidak berkembang dengan
baik.
Harus
diakui bahwa kebanyakan pengelolaan informasi kepariwisataan saat ini hanya
bersandar pada pengelolaan konvensional yang menggandalkan penjualan pariwisata
dengan promosi lewat majalah pariwisata, brosur pariwisata, dan informasi dari
mulut ke mulut. Hal ini terutama banyak berlaku pada sektor pariwisata di
daerah atau kota-kota kecil di Indonesia, Keterbatasan informasi inilah yang
membuat pariwisata di daerah-daerah menjadi susah berkembang.
Perkembangan
dunia teknologi informasi yang ditandai dengan penggunaan internet yang
meningkat sangat pesat haruslah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam
pengembangan dunia kepariwisataan di indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi
ini akan memudahkan informasi bagi para wisatawan tentang objek-objek wisata
dengan sarana dan prasarana pendukungnya, informasi tentang rute, jarak, biaya
dan moda yang dapat digunakan untuk mencapai suatu lokasi wisata.
Saat
ini perencanaan pengembangan sektor pariwisata nasional memang telah
direncanakan dengan baik dengan dibuatnya satu rencana induk pengembangan
pariwisata nasional (RIPPN) yang diteruskan dengan rencana induk pengembangan
pariwisata (RIPPDA) baik itu di tingkat
provinsi maupun di tingkat kota dan kabupaten yang berisi informasi tentang
potensi-potensi objek wisata dengan segenap sarana dan prasarana pelengkapnya,
gateway dan rencana perjalanan wisata, namum hal ini menjadi tidak efektif
karena terkadang hanya tertinggal sebagai laporan pengisi lemari di instansi
pemerintahan terutama instansi yang mengelola pariwisata dan kebudayaan,
laporan inipun juga menjadi laporan yang susah di akses tampa adaya perijinan dengan
segenap tradisi-tradisi pengelolaan birokrasi yang rumit membuat informasi
tentang potensi objek-objek menjadi tidak diketahui orang banyak.
Melihat
kondisi tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya penyusunan rencana
pengembangan pariwisata nasional yang berbasis pada sistem teknologi informasi
yang memperkenalkan segenap potensi wisata, sarana dan prasarana pendukung,
kemudahan akses dan transportasi, paket wisata yang ditawarkan, biaya, rute dan
jarak serta hal-hal yang berkenaan dengan pariwisata di tiap-tiap daerah.
Informasi yang diberikanpun bukan sekedar data base jumlah dan jenis objek
wisata saja, namun juga dengan visualisasi objek dan fasilitas, peta citra
satelit sehingga informasi ini dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan untuk
menentukan daerah tujuan wisata, jadwal kegiatan wisata, paket wisata yang
dipilih, waktu yang diperlukan, biaya, moda yang akan digunakan serta kemudahan
transaksi lainnya.
Dengan
pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan informasi pariwisata yang
memberikan kemudahan bagi pihak pemerintah atau pengelola suatu objek atau
kawasan wisata dalam mempromosikan potansi-potensi wisatanya serta kemudahan
para wisatawan dalam memilih daerah tujuan wisata, paket-paket wisata,
akomodasi dan moda transportasi yang akan digunakan, serta adanya ruang
interaksi, maka diharapkan akan membawa perkembangan bagi sektor pariwisata
nasional sehingga mampu menjadi salah satu sektor unggulan dalam peningkatan
pendapatan atau devisa Negara di masa mendatang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada pembahasan kali ini
adalah :
· Bagaimana
bentuk penerapan Sistem Informasi dalam
pengembangan sektor pariwisata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pariwisata
Pariwisata
adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari
pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan
selama mereka tinggal ditempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Pelajaran pariwisata adalah suatu
pelajaran untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh
keberadaan ekonomi, fisik dan kesejahteraan sosial wisatawan yang akan
melakukan kegiatan wisata. Harapan dan penyesuaian dibuat oleh penduduk yang
menerima mereka dan terdapat peran perantara dan instansi pengelola perjalanan
wisata menjadi penengah antara wisatawan
dan penduduk di daerah tujuan wisata. (Happy
Marpaung, 2002 : 13)
Sedang Freuler
mengemukakan bahwa pariwisata dalam artian moderen adalah merupakan fenomena
dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan
alam dan khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan
kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan,
industri, perdagangan, serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan (Yoeti, 1997 : 17 ).
Dalam
pengertian sederhana pariwisata dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan
manusia untuk mencari hiburan atau menghilangkan stress dengan mengunjungi dan
menikmati tempat-tempat tertentu yang menawarkan keindahan, keunikan atau
memberikan suasana yang berbeda dengan tempat dimana aktivitas rutin manusia
atau masyarakat itu berlangsung dan para pelaku wisata ini biasa disebut dengan
wisatawan dan wisatawan ini merupakan unsur utama dalam pariwisata.
Terlaksananya
kegiatan pariwisata tergantung pada adanya interaksi antara wisatawan dan obyek
wisata, yang didukung dengan berbagai sarana dan prasarana pariwisata. Ketiga
faktor itu saling mempengaruhi. Sebuah obyek wisata akan dikatakan menarik jika
banyak dikunjungi wisatawan. Sebaik apa pun suatu obyek wisata, jika tidak ada
yang mengunjungi, tidak akan dikatakan menarik perhatian wisatawan. Pelaku
perjalanan akan disebut wisatawan ketika mereka melakukan kegiatan wisata atau
kegiatan yang bersifat rekreatif untuk menikmati suatu obyek wisata. (Wardiyanta, 2006 : 57).
Pariwisata
sendiri meliputi berbagai jenis yakni pariwisata pantai, pariwisata etnik,
pariwisata budaya, pariwisata sejarah, pariwisata alam, pariwisata agro,
pariwisata kota, pariwisata sosial dan pariwisata alternatif. Kegiatan pariwisata
ini dapat dilakukan dengan mengunjungi satu objek wisata tertentu atau kawasan
wisata yang menawarkan beberapa macam objek wisata didalamnya.
B. Pengertian Pengembangan Pariwisata
Pengembangan
diartikan sebagai suatu proses yang dinamis dengan menggunakan segala sumber
daya yang ada guna mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Pengembangan ini
dapat dalam bentuk wujud fisik maupun mutu dalam artian kualitas atau kuantitas. (Suyitno,
1997 : 27)
Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki, meningkatkan
suatu yang ada. Sedangkan pembangunan adalah mengadakan atau membuat sesuatu
yang belum ada. Kedua istilah ini sekarang sering digunakan untuk maksud yang
sama yakni, pengembangan atau pembangunan sosial ekonomi.
Perkembangan suatu wilayah biasanya
dilandasi oleh produktivitas yang dicapai melalui kombinasi yang tepat antara
sumberdaya produksi seperti; alam, tenaga, modal, dan keterampilan. Adapun
strategi peningkatan produksi dan pendapatan bertitik tolak pada permintaan
akhir, meliput kegiatan pariwisata. Teori yang berkembang saat ini adalah bahwa
perekonomian suatu negara hendaknya berlandaskan kebijakan investasi yang dapat
menciptakan dampak kegiatan ekonomi eksternal seperti; investasi untuk
meningkatkan pendapatan tak langsung dan investasi prasarana fisik. Kebijakan
investasi tersebut hendaknya juga dilengkapi dengan kebijakan yang memungkinkan
penyebarluasan ilmu pengetahuan serta kebijakan yang memungkinkan untuk
meningkatkan mobilitas sumberdaya alam, modal, dan teknologi didalam suatu
negara maupun antara negara. (Rustan U.: 1997).
Pengembangan pariwisata dapat
dilakukan dengan perbaikan atau
peningkatan mutu objek atau kawasan wisata dengan perbaikan sarana dan
prasarana serta peningkatan pelayanan dalam hal akomodasi dan transportasi dan
dilakukan dengan terstruktur, teratur dan dalam satu sistem yang terintegrasi
antar komponen-kompnen pengembangan pariwisata. Hal yang juga menjadi sangat
penting dalam hal pengembangan pariwisata adalah sisitem promosi dalam hal
penjualan dan pencitraan suatu daerah tujuan wisata, objek wisata dan kawasan
wisata. Kendala pengembangan pariwisata nasional saat ini adalah masih banyak
daerah yang belum mampu mengelola potensi-potensi wisata dengan baik serta pola pengelolaan
kawasan wisata yang masih konvensional sehingga sistem manajemen dan sistem
informasi penjualan potensi wisata belum begitu mampu berjalan dengan baik dan
terkadang tidak sanggup bersaing dengan kawasan wisata di Negara-negara
tetangga.
Kemajuan
teknologi informasi saat ini serta tingginya penggunaan internet saat ini
mestinya dimanfaatkan dengan baik dalam hal pengelolaan informasi
kepariwisataan sehingga calon wisatawan dapat dengan mudah mengakses informasi
tentang suatu daerah tujuan wisata, kawasan ataupun objek wisata beserta dengan
segenap sarana dan prasarana pendukung serta paket-paket wisata yang ditawarkan
serta biaya dan lama waktu yang akan digunakan untuk berwisata.
C. Pengertian
Sistem Informasi Pariwisata dan Pengembangan Sistem Informasi
Merujuk
pada pengertian sistem informasi, yakni sekumpulan komponen-komponen yang
saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan
dan mendistribusikan informasi terkait untuk mendukung proses pengambilan
keputusan, koordinasi, dan pengendalian (Prahasta, 2009, h. 93) sedangkan
pariwisata dapat diartikan sebagai suatu kegiatan manusia yang melakukan
perjalanan ke suatu daerah dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan
kesehariannya dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan bersenang-senang atau
bisnis (Ismiyanti, 2010), maka dari dua pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa sistem informasi pariwisata adalah sekumpulan komponen yang
saling bekerjasama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan
mendistribusikan data yang berhubungan dengan hasil kebudayaan, tata cara hidup
suatu masyarakat serta kekhasan alam yang dimiliki daerah tertentu yang berbeda
dengan lingkungan keseharian.
Pengembangan
sistem informasi pariwisata dilakukan melalui beberapa tahapan dan tiap-tiap
tahapan menghasilkan sesuatu yang lebih rinci dari tahapan sebelumnya. Tahap
awal dari pengembangan sistem umumnya dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan
pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro,
diikuti dengan penjabaran rencana stratejik dan kebutuhan organisasi jangka
menengah dan jangka panjang, Masukan (input) utama yang dibutuhkan dalam tahap
ini berupa Kebutuhan Stratejik organisasi atau pengelola kawasan wisata, dalam
rangka pengembangan sektor pariwisata.
Tahapan-tahapan
pembangunan sistem informasi ini berupa
: tahapan perencanaan berdasarkan masukan kebutuhan, tahapan analisis, tahapan
perancangan atau desain, tahapan pembangunan fisik, tahapan inflementasi, dan
tahapan pasca implementasi.
Pembangunan dan pengembangan sistem informasi yang akan di
transformasikan terhadap pengembangan sektor pariwisata haruslah betul-betul
direncanakan dengan sebaik-baiknya agar kiranya penerapan teknologi informasi dalam
satu sistem informasi ini dapat memberikan hasil yang maksimal bagi pengembangan
dan perkembangan sektor pariwisata.
D. Pemanfaatan
Teknologi Informasi untuk Pengembangan Pariwisata
Pengoptimalan potensi
pariwisata tidak hanya berada dalam arah pembenahan lokasi maupun objek wisata,
namun harus diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan
promosi serta pemilihan paket wisata dan pemesanan langsung oleh wisatawan. Pemanfaatan
teknologi informasi ini diyakini akan menjadi faktor yang sangat berpengaruh
bagi pengembangan sektor pariwisata. Informasi tentang suatu daerah tujuan
wisata beserta dengan sarana dan prasarana serta komponen-komponen lain yang
berkaitan dengan hal pariwisata adalah yang sangat diperlukan oleh para calon
wisatawan dalam menentukan daerah tujuan wisata.
Informasi dapat
didefinisikan sebagai data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang memiliki
arti bagi penerima. Sedang sistem Informasi merupakan sistem yang mempunyai
kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan
berbagai media untuk menampilkan informasi tersebut. Sistem informasi inipun didukung oleh
ketersedian teknologi informasi, teknologi informasi menurut Kamus Oxford(1995) adalah penggunaan peralatan
elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa dan
mendistribusikan informasi apa saja termasuk kata-kata, bilangan dan gambar. Sedang menurut Lucas (2000), teknologi informasi adalah segala bentuk
teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan Informasi dalam
bentuk elektronis.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengembangan
pariwisata dilakukan dengan menginfut data-data tentang objek-objek wisata,
hotel dan penginapan disekitar lokasi wisata, moda yang dapat digunakan untuk
mengakses lokasi, event-event yang sering diselenggarakan, keunikan budaya dan
tradisi lokal didaerah kawasan wisata serta peta penyebaran objek pariwisata yang
disertai dengan petunjuk tentang rute perjalanan. Hasil analisis data ini
dengan segenap detailnya kemudian di informasikan kepada para calon wisatawan yang diaplikasikan
dalam bentuk paket kegiatan wisata. Pemanfaatan sistem informasi dalam satu
sistem informasi pariwisata ini juga harus memberikan ruang untuk berinteraksi
antara para wisatawan dengan penyedia jasa pariwisata sehingga dengan kemudahan
interaksi ini maka akan memudahkan transaksi antar kedua belah pihak.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Rencana Pengembangan Sektor Pariwisata berbasis Teknologi Informasi
Seperti yang diurai pada bab
sebelumnya bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang akan memberikan
penambahan pendapatan yang cukup besar bagi suatu Negara ketika mampu dikelola
dengan baik. Belum berkembangnya sektor pariwisata nasional dengan baik saat
ini tidak bisa dipisahkan dari sistem pengelolaan informasi pariwisata, dimana
kebanyakan pengelolaan informasi hanya bertumpu pada penggunaan media informasi
berupa majalah dan brosur pariwisata saja.
Dunia pariwisata yang menjadi salah
satu bidang garapan pemerintah sudah saatnya memanfaatkan Teknologi Informasi
sebagai implementasi dalam mempublikasikan dan memasarkan potensi wisata nasional
dan daerah. Kemajuan teknologi informasi saat ini haruslah mampu dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan suatu sistem informasi pariwisata
yang juga dikombinasikan dengan pemanfaatan sistem informasi geografis. Keberadaan
rencana induk pengembangan pariwisata nasional yang diteruskan dengan rencana
induk pengembangan pariwisata daerah (RIPPDA) baik itu di tingkat provinsi,
kota dan kabupaten yang dimiliki saat ini harus mampu dikolaborisasikan dan di
transformasikan dalam satu rencana pengembangan pariwisata berbasis teknologi
informasi sehingga promosi dan pengelolaan informasi potensi pariwisata menjadi
lebih baik, lebih akurat dan mudah diakses oleh wisatawan.
Pada saat ini pemanfaatan Teknologi
Informasi untuk pengembangan sector pariwisata di Indonesia masih lemah, hal
ini dapat dilihat dengan kurangnya website khusus yang menyediakan informasi
yang lengkap mengenai sistem pariwisata di Indonesia. Karena itu pengembangan
sektor pariwisata berbasis teknologi informasi menjadi suatu langkah pengembangan
yang tidak bisa dikesampingkan dan ditawar-tawar lagi ketika kita menginginkan
berkembangnya sektor pariwisata nasional.
Pengembangan pariwisata berbasis
teknologi informasi ini dilakukan dengan menyediakan web khusus pariwisata
Indonesia pada tingkat pusat dan diteruskan kedaerah dan pengelola suatu
kawasan wisata, web ini kemudian memberikan informasi berupa objek-objek wisata
yang dimiliki tiap-tiap daerah, sarana dan prasana pelengkapnya, akomodasi,
transportasi, keunikan budaya dan tradisi lokal serta karya khas daerah serta sistem
informasi geografi tiap objek wisata. Dengan tersedian web khusus pariwisata
dengan informasi yang rinci, akurat disertai dengan visualisasi dan detail
kondisi kawasan maka wisatawan akan menjadi faktor penarik bagi wisatawan untuk
mengunjugi satu daerah, kawasan ataupun objek wisata.
B. E-Tourism Sebagai Bentuk Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk
Pengembangan Sektor Pariwisata
Pariwisata Indonesia merupakan sektor
yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan pendapatan Negara apabila
dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, berbagai aspek dalam bisnis
kepariwisataan telah dikembangkan oleh pemerintah maupun para pelaku
kepariwisataan guna meningkatkan pendapatan pada sektor ini. Ada berbagai alternatif dalam
mengembangkan potensi pariwisata seperti: pembenahan dan renovasi kawasan
wisata, menciptakan daerah tujuan wisata, melakukan promosi melalui media
maupun brosur-brosur, serta masih banyak lagi alternatif yang dapat dilakukan
guna menunjang pengembangan wisata namun itu saja belum cukup untuk menjawab tantangan
penanganan dunia pariwisata kita. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi
informasi dengan pengembangan sistem E-Tourism yang menekankan pada online
booking sebagai landasan dan langkah maju dalam pengembangan pariwisata Indonesia
merupakan hal mutlak yang harus segera diterapkan dalam pengelolaan sektor
pariwisata.
Pengembangan
sistem E-tourism ini haruslah terintegrasi dengan kebijakan-kebijakan
pengembangan pariwisata dan terintegrasi dengan sistem informasi pelayanan
pendukung seperti industri jasa penerbangan, pelayaran, angkutan jalan raya, asuransi,
agen travel, hotel, restoran, serta sentra kerajianan khas daerah dan pengelola
daerah, kawasan atau objek wisata itu sendiri.
Penerapan sistem E-tourism ini memberikan
informasi tentang objek wisata serta paket wisata dengan segenap
komponen-komponen pendukungnya melalui website pariwisata dan bersifat
interaktif dengan wisatawan yang membutuhkan informasi. Tampilan yang menarik
dan dengan konten-konten yang lengkap serta informasi yang akurat dan
senantiasa terbarukan yang disediakan oleh website pariwisata akan menjadi faktor
penarik bagi wisatawan untuk selalu mengakses website dan mengenali lebih jauh
tentang objek-objek wisata yang ditawarkan, sehingga melalui E-Tourism paling
tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan pada sektor kepariwisataan bagi pariwisata Indonesia.
Berdasarkan
ketersediaan berbagai aspek seperti akamodasi, objek wisata, fasilitas untuk mendukung
aktivitas wisatawan, , dan adanya informasi yang lengkap tentang jarak
perjalanan yang dilengkapi dengan ketersediaan peta citra satelit dan didukung
oleh kecocokan harga dan waktu, maka akan sangat membantu wisatawan untuk
mengambil keputusan didalam melakukan perjalanan wisata ke Indonesia.
E-tourism
dipandang sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan daya guna dalam bidang pariwisata, memberikan berbagai jasa
layanan pariwisata kepada customers dalam penyelenggaraan pemasaran pariwisata
yang lebih mudah diakses.
Selain sebagai media penyedia informasi, teknologi internet juga dapat memudahkan wisatawan untuk berinteraksi dengan operator pariwisata yang dikehendakinya. Antara lain untuk kepentingan pemesanan kamar hotel, tiket perjalanan, tiket pertunjukan dan mengakses segala kebutuhan informasi pariwisata lainnya sehingga sangat memudahkan dan menghemat biaya serta menghemat waktu karena tidak perlu pergi sendiri ke tempat penjualannya.
Selain sebagai media penyedia informasi, teknologi internet juga dapat memudahkan wisatawan untuk berinteraksi dengan operator pariwisata yang dikehendakinya. Antara lain untuk kepentingan pemesanan kamar hotel, tiket perjalanan, tiket pertunjukan dan mengakses segala kebutuhan informasi pariwisata lainnya sehingga sangat memudahkan dan menghemat biaya serta menghemat waktu karena tidak perlu pergi sendiri ke tempat penjualannya.
C. Tinjauan dan konsep dasar E-Tourism
Konsep E-Tourism pada dasarnya
merupakan konsep yang masih baru dan belum mendapatkan perhatian serius dari
berbagai pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata, khususnya di Indonesia.
E-Tourism masih di lihat sebagai sesuatu hal yang masih perlu dikaji lebih jauh
mengenai keberadaan. Meskipun dilain pihak dalam pengembangan pariwisata
penekanan terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan Internet sudah tinggi, namun hal ini tidak di
barengi dengan aplikasi internet tersebut sebagai alat pengembangan pariwisata.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengembangan E-Tourism sangat terkait erat
dengan penggunaan internet sebagai media utama yang dipakai dalam pengelolaan
informasi dan promosi penjualan jasa pariwisata.
Pada hakekatnya
internet memiliki peran yang tidak terpisah dalam perkembangan teknologi, terutama
pariwisata. Internet telah menjadi salah satu solusi yang ditawarkan untuk
mempermudah kinerja pengembangan pariwisata di Indonesia. Lewat internet banyak hal bisa di akses secara
mudah, serta digunakan oleh sebagian besar masyarakat didunia. Hal ini memungkinkan penyebaran informasi
mengenai pengembangan pariwisata bisa diakses kapan, dimana, serta oleh siapa
saja. Pemanfaatan internet dalam pasar pariwisata dipakai sebagai la ndasan dalam
pengambilan kebijakan strategis pariwisata, dan merupakan dasar
perubahan/inovasi pariwisata yang lebih efektif. Hal ini terlihat dari
pengembangan infrastruktur, human capacity, dan integrasi konsep elektronik
bisnis tingkat rendah oleh penyedia pariwisata lokal, pemerintah, dengan
menambah aturan utama dalam menumbuhkan paritisipasi dan pemasukan perusahaan
pariwisata.
Hendriksson
(2005), menyatakan bahwa ada empat karateristik utama bila kita ingin mengembangkan E-Tourism yaitu : 1)
produk pariwisata; 2) dampak berantai yang ditimbulkan oleh industri
pariwisata; 3) struktur industri pariwisata; 4) adalah ketersediaan perangkat
teknologi komunikasi dan informasi. Lebih jauh Eriksson menyatakan, dalam
mempersiapkan karateristik E-Tourism, maka perlu dilakukan pembangunan untuk
mencapai penyempurnaan pasar elekronik, seperti : 1) warisan sistem yang telah
ada; 2) keberagaman informasi; 3) tidak ada standar global dalam penukaran
data; 4) operasi tanpa batas.
Teknologi
informasi dan komunikasi telah memberikan dampak pada promosi, pemasaran, dan
penjualan pariwisata. Karena wisatawan kini tidak sabar menunggu informasi yang
biasanya diberikan melalui biro jasa perjalanan ataupun organisasi pengelola
kawasan wisata sehingga mereka lebih senang mencari sendiri apa yang ada di
benaknya sehingga mampu meyakinkan bahwa produk yang dipilihnya adalah yang terbaik.
aplikasi internet dalam pariwisata pada dasarnya tercermin dalam suatu sistem
distribusi pariwisata yang lebih mengarah pada transformasi pengembangan
industri pariwisata dari perantara tradisional ke arah perantara internet,
seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini.
Gambar
: Sistem Distribusi Pariwisata
Sumber :
UNTACT, Information Economy, 2005
Gambar di atas menunjukkan
beberapa sistem akses dengan menggunakan jalur internet untuk tiket pesawat,
penginapan, rental mobil, dan berbagai jasa pelayanan lainnya. Gambar tersebut
merupakan jalan keluar dalam jalur distribusi ketergantungan tingkat rendah
dari sistem pelayanan konsumen tradisional dan sistem distribusi global. Dimana
terdapat penghasil pariwisata (penginapan, pesawat, restauran, tempat rekreasi
dan trasportasi lainnya), perantara tradisional seperti agen travel, operator
tour, DMOs, dan asosiasi tour, serta daerah potensi pariwisata. Web memiliki
peranan sebagai jembatan penghubung antara produsen pariwisata dan daerah
potensi pariwisata. Karena secara langsung produsen pariwisata dapat mengetahui
kondisi serta alternatif-alternatif yang bisa dijadikan bahan acuannya untuk memilih daerah wisata tujuan sebagai
layanan kepada produsen pariwisata.
Layanan ini dipermudah melalui Global Distribution System dan Consumer
Distribution System.
Sistem ini
didasarkan pada satu konsep layanan yang bisa dikatakan tidak terbatas bagi
turis ataupun konsumen yang akan berwisata.
Konsep layanan untuk memuaskan wisatawan atau konsumen ini didasarkan
oleh beberapa aspek penting, kesiapan sistem ini yang minimal mencakup antara
lain: akomodasi, transportasi, serta fasilitas yang dapat mendukung aktivitas
yang diinginkan oleh konsumen. Sedangkan yang menjadi dasar penting bagi
konsumen mencakup antara lain harga, kesiapan. Dengan sistem ini pula jarak
yang selama ini menjadi masalah dalam penyampaian informasi dapat diselesaikan
dengan jalan online bookings, dengan
kata lain seorang konsumen mendapatkan informasi yang lebih solid, akurat dan
cepat sehingga dia secara langsung dapat memutuskan daerah mana yang menjadi
tujuan wisatanya.
Sistem
pengembangan kepariwisataan yang berbasis e-Tourism terdiri dari tiga komponen
utama yaitu: 1) pengumpulan data, standarisasi, dan konsulidasi, 2)manajemen
serta implementasi, 3) bentuk pemasarannya. Hal ini terlihat jelas pada
gambar di bawah ini
Gambar
: Konsep Dasar E-Tourism
Sumber :
UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004
Berdasarkan
gambar diatas, terlihat ada tiga tingkatan utama dalam penyusunan sistem E-Tourism
yaitu : 1) Bagian-bagian koleksi data, yang merupakan dasar dalam dalam
melakukan standarisasi dan konsolidasi. Pada bagian ini terdapat elemen-elemen
seperti hotel, tempat rekreasi, serta event-event penting yang bisa diakses
oleh konsumen. Oleh karena itu, pengumpulan data serta penerapan standarisasi
dan konsulidasi menjadi tujuan utama dalam tingkatan pertama; 2) manajemen dan
follow-up dalam hal ini mencakup perancangan sistem yang akan disusun
berdasarkan bagian-bagian standarisasi dan konsolidasi pada tingkatan pertama;
3) mencakup aplikasi ataupun penerapan
sistem yang terjadi dalam rangka pemasaran.
tingkatan ketiga pada dasarnya merupakan tingkatan penyampaian dan
penyebaran informasi kepada wisatawan.
Pengembangan E-Tourism
harus mampu menyentuh pada aspek yang paling utama yaitu memberikan informasi
dan kepastian bagi wisatawan ketika mereka memilih untuk berkunjung ke daerah
tujuan wisata. Disamping itu, pengembangannya dalam skop pariwisata nasional
sebagai satu kesatuan sistem yang terintegrasi dalam pengembangan sistem
pariwisata terpadu berbasis pada pemanfaatan teknologi informasi.
Adanya web
pariwisata yang tersedia dan mudah diakses dengan informasi yang detail dan
akurat merupakan langkah awal dari
pengembangan sektor pariwisata berbasis teknologi informasi, adapun contoh
homepage pariwisata Indonesia seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar
: Homepage Pariwisata Indonesia
Adanya homepage
yang memberikan informasi dan memiliki portal website yang cukup memadai adalah
hal yang perlu dikembangkan lagi dengan melengkapi kontent atau isinya dengan
segenap potensi pariwisata Indonesia, dan memperlihatkan segenap daerah tujuan
wisata. Harus diakui bahwa pengembangan kepariwisataan Indonesia masih belum
terpadu dan memiliki akses terbatas pada lingkup Nasional.
Dengan
memperhatikan kondisi kepariwisatan Indonesia, serta sinkronisasi sistem
kepariwisataan terpadu, maka hendaknya kepariwisataan Indonesia melakukan
transformasi pengembangan kepariwisataan dengan berbasiskan E-Tourism. Oleh
karena itu, pengembangan E-Tourism sebaiknya lebih mendasarkan pada kondisi
kepariwisataan Indonesia seperti tampak dalam desain sistem kepariwisataan
berbasis E-Tourism
Gambar
: Desain Sistem Kepariwisataan Indonesia
Sistem
kepariwisataan yang berbasiskan E-Tourism dengan penekanan pada online booking,
dan mendasarkan pada sistem yang dibuat
oleh Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner, (2005), namun pengembangannya harus disesuaikan
berdasarkan perkembangan pariwisata di Indonesia, dimana konsumen pariwisata
kembali diperhadapkan dengan hal klasik seperti ketersediaan waktu dan
harga/keuangan. Kemudian sistem ini juga
diperhadapkan dengan masalah yang sama yakni akomodasi, transportasi, serta
fasilitas dari aktivitas yang akan disiapkan.
Namun yang berbeda dan menjadi ciri khas dari sistem ini adalah, adanya
satu konsep objek wisata yang lebih terfokus untuk masalah kebudayaan, serta
kawasan wisata yang ada.
Adapun alasan
dasar mengapa hal-hal tersebut diangkat dan menjadi salah satu prioritas adalah
karena lewat hal ini budaya Indonesia secara khusus diperkenalkan kepada
konsumen dalam hal ini turis, dilain sisi budaya yang ada akan terus dijaga dan
dilestarikan oleh masyarakat, karena lewat budaya ini bukan saja identitas yang
akan tetap dipertahankan namun juga lewat budaya, masyarakat setempat pun
mendapatkan penghasilan. Begitu juga kawasan wisata yang selama ini memiliki
potensi yang besar namun belum diperhatikan bisa dapat dimaksimalkan oleh
pemerintah daerah.
Lewat
sistem online booking, sangat mempermudah konsumen merencanakan serta melakukan
perhitungan yang tepat untuk mendapatkan paket liburannya. Hal ini disebabkan
karena konsumen dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui kepastian biaya yang
dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan. Disamping itu, wisatawan juga dapat
memperoleh kepastian akan aktivitas yang akan dilakukan pada saat melakukan
perjalanan.
Disisi lain,
dengan adanya informasi yang komperhensif mengenai jarak ke lokasi wisata dan
juga jarak perjalanannya, maka akan mempermudah wisatawan dalam mengambil
keputusan untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata tersebut. Oleh karena
itu, jarak, tidak lagi menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam
penyampaian informasi untuk efisiensi dan efektifitas wisatawan.
Berdasarkan
uraian diatas, maka kehadiran E-Tourism dalam meningkatkan pendapatan
pariwisata sangatlah penting karena pengoptimalan potensi pariwisata tidak
hanya berada dalam arah pembenahan lokasi maupun objek wisata, namun harus
diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan promosi serta
pemesanan langsung oleh wisatawan.
D. Kendala
penerapan E-Tourism
Masalah penganggaran selalu menjadi
kendala utama dalam menyiapkan data pariwisata dengan menggunakan Teknologi
Informasi. Untuk membangun sarana dalam merepresentasikan, menyimpan dan
memelihara data pariwisata menggunakan media internet membutuhkan biaya yang
cukup besar. Biaya ini bukan hanya dari segi pembelian perangkat keras dan
perangkat lunak, tetapi juga biaya penyiapan informasi pariwisata yang tepat
dan relevan. Setelah penyiapan dilakukan, juga diperlukan biaya untuk
pemeliharaan, mengingat data pariwisata sangat dinamis sehingga membutuhkan
penanganan yang seksama. Kebutuhan perangkat lunak lebih mudah diperoleh
asalkan biayanya tersedia. Tapi kebutuhan untuk menyiapkan data pariwisata
seperti di atas yang harus dapat disimpan secara baik bukan pekerjaan yang
mudah. Hal ini disebabkan masih sulitnya mencari data pariwisata yang akurat
serta langkanya ahli pariwisata. Kita tidak dapat mengisi suatu informasi
pariwisata dengan data pariwisata yang seadanya atau asal-asalan. Selain itu
untuk dapat melakukan interaksi dengan internet tentunya diperlukan sarana
perangkat keras yang memadai dan jaringan komputernya. Hal ini masih dapat
diatasi dengan sistem penyewaan sarana seandainya yang bersangkutan tidak
memiliki sendiri.
Kendala lain adalah sosial budaya terutama bagi bangsa Indonesia karena kalau menggunakan internet maka interaksi antar manusia menjadi berkurang. Hal ini akan menimbulkan kecanggungan bagi sebagian besar masyarakat, apalagi penggunaan Teknologi Informasi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih merupakan hambatan. Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang biasa berinteraksi dengan internet dan umumnya adalah masyarakat usia muda.
Kendala lain adalah soal keamanan dimana masyarakat kita biasanya setelah membayar sesuatu maka akan langsung menerimanya, atau malahan kalau mungkin berhutang dulu. Dengan adanya internet maka uang akan ditagih lebih dulu melewati kartu kredit yang bersangkutan, sedangkan produk baru diberikan belakangan. Hal seperti ini akan menimbulkan keraguan karena timbul perasaan tidak aman.
Kendala lain adalah sosial budaya terutama bagi bangsa Indonesia karena kalau menggunakan internet maka interaksi antar manusia menjadi berkurang. Hal ini akan menimbulkan kecanggungan bagi sebagian besar masyarakat, apalagi penggunaan Teknologi Informasi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih merupakan hambatan. Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang biasa berinteraksi dengan internet dan umumnya adalah masyarakat usia muda.
Kendala lain adalah soal keamanan dimana masyarakat kita biasanya setelah membayar sesuatu maka akan langsung menerimanya, atau malahan kalau mungkin berhutang dulu. Dengan adanya internet maka uang akan ditagih lebih dulu melewati kartu kredit yang bersangkutan, sedangkan produk baru diberikan belakangan. Hal seperti ini akan menimbulkan keraguan karena timbul perasaan tidak aman.
BAB
IV
PENUTUP
Sektor
pariwisata pada dasarnya merupakan
sektor yang memiliki potensi yang sangat besar untuk peningkatan pendapatan
Negara atau daerah serta peningkatan pendapatan masyarakat ketika mampu
dikelola dengan baik. Salah satu faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya
sektor pariwisata nasional saat ini adalah karena pengelolaan informasi yang bersifat
promosi dan belum mampu memaksimalkan ketersediaan teknologi informasi yang
tersedia. Karena itu dalam mengembangkan sektor pariwisata maka perlu adanya
pengembangan sistem informasi pariwisata yang berfungsi sebagai media informasi
dan panduan bagi wisatawan yang berkunjung dan yang akan berkunjung.
Pemanfaatan
teknologi informasi dalam pengembangan sektor pariwisata dalam bentuk E-Tourism
akan memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan sektor pariwisata
dan berujung pada peningkatan pendapatan dalam bidang kepariwisataan.
Pemanfaatan teknologi informasi ini harus di sinergikan dengan
kebijakan-kebijakan pemerintah dalam sektor pariwisata yang tertuang dalam
rencana induk pengembangan pariwisata daerah dan terintegrasi dengan sistem
pendukung pariwisata lainnya.
Gambarnya ko ga ada yah?
BalasHapusGreat
BalasHapus